Latar Belakang:Atrial fibrilasi (AF) meningkatkan 4-5 kali terjadinya stroke iskemia. Insidensi stroke terkait AF berkisar 15-20%, dengan prevalensi antara 5-10 kasus per 1.000 populasi usia 65 tahun ke atas. Kasus: Kasus 1: Seorang wanita berusia 85 tahun menderita diabetes mellitus dengan riwayat atrial fibrilasi (AF) persisten yang tidak diobati mendadak mengalami hemiparesis dekstra dan disartria sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan normoventricular-respons atrium fibrilasi dan infark serebri multipel di ganglia basalis bilateral terutama sisi kiri. Pasien diterapi angiotensin-receptor blocker, antiplatelet, insulin, dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari. Kasus 2: Seorang wanita berusia 87 tahun menderita hipertensi dengan riwayat atrial fibrilasi AF persisten yang tidak diobati mendadak mengalami disfagia, afasia global, dan hemiparesis dekstra sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan normoventricular-respons atrium fibrilasi dan multipel infark di daerah ganglia basalis bilateral dan substansia alba periventrikuler lateralis bilateral. Pasien diterapi antihipertensi, antiplatelet, dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari. Diskusi: Kondisi AF sebagai faktor risiko utama stroke kardioembolik pada kedua pasien. Penyebaran listrik ektopik menyebabkan irreguleritas kontraksi jantung yang menghasilkan stasis darah dan terbentuknya trombus yang sewaktu-waktu dapat terlepas menjadi emboli pada arteri serebral. Simpulan: Manajemen yang tepat terhadap faktor risiko dapat mengurangi kejadian stroke iskemia dan memperbaiki prognosis pasien.
CITATION STYLE
Yoesdyanto, K., Tertia, C., Irfani, I., & Nara, M. G. (2018). LAPORAN KASUS SERI: STROKE KARDIOEMBOLI PADA PASIEN DENGAN ATRIAL FIBRILASI. Callosum Neurology, 1(1), 49–69. https://doi.org/10.29342/cnj.v1i1.7
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.