Anting Yang Hilang: Analogi Tradisi Telingaan Aruu Suku Dayak Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana

  • Ayuningrat L
  • Sukmadewi I
  • Paramita N
N/ACitations
Citations of this article
18Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Telingaan Aruu adalah tradisi memanjangkan telinga oleh orang-orang dari Suku Dayak. Tradisi memanjangkan telinga di kalangan Suku Dayak ini telah lama dilakukan secara turun temurun.  Pemanjangan daun telinga ini biasanya menggunakan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang dari tembaga yang bahasa kenyah di sebut "Belaong" . Dengan pemberat ini daun telinga akan terus memanjang hingga beberapa sentimeter. Namun tidak semua sub suku Dayak di Pulau Kalimantan puunya tradisi ini. Hanya beberapa kelompok saja yang mengenal budaya telinga panjang. Namun, hanya yang mendiami wilayah pedalaman, seperti masyarakat Dayak Kenyah, Dayak Bahau, Dayak Penan, Dayak Kelabit, Dayak Sa'ban, Dayak Kayaan, Dayak Taman, dan Dayak Punan menjadi inspirasi penulis dalam menciptakan karya Tugas Akhir yang digarap melalui proses penciptaan karya Frangipani. Melalui tahapan tersebut penulis dapat menciptakan karya melalui pendalaman tradisi kearifan lokal budaya Telingaan aruu yang kemudian diterapkan dalam  tiga kategori busana, yakni busana ready to wear, busana deluxe, dan busana Couture. Karya busana tersebut akan digarap melalui pendekatan Analogi dengan gaya busana Spirituality Classic Twisted, yang diberi judul “Anting yang Hilang”

Cite

CITATION STYLE

APA

Ayuningrat, L. P. D., Sukmadewi, I. A. K. S., & Paramita, N. P. D. P. (2023). Anting Yang Hilang: Analogi Tradisi Telingaan Aruu Suku Dayak Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana. BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design, 3(1), 27–35. https://doi.org/10.59997/bhumidevi.v3i1.2231

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free