Berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum. Semakin besar bayi yang dilahirkan beresiko terjadinya rupture perineum. Di BPS Kusmawati, Amd Keb Surabaya masih tinggi kejadian rupture perineum 60,3% ibu bersalin fisiologis. Peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum. Persalinan fisiologis masih beresiko terhadap kejadian rupture perineum. Desain penelitian Analitik observasional pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ibu bersalin fisiologis sebanyak 25 responden. Jumlah sampel sebanyak 24 responden, diambil dengan cara Simple Random Sampling. Instrumen penelitiannya adalah patograf. Variabel independent berat badan bayi baru lahir dan variabel dependent kejadian rupture perineum. Analisa Data korelasional, Data diolah menggunakan SPSS dengan uji Koefisien kontingensi tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian hampir seluruhnya responden terjadi rupture perineum terbesar pada berat badan normal 2500-3500gram 90,5%, yang mengalami rupture perineum terkecil pada berat badan kecil<2400gram 0%. Kemudian dilakukan uji statistik koefsien kontingensi didapatkan Ch=0,487 Ct= 0.024 lalu dibandingkan dengan nilai p<0,05 hasilnya Ho ditolak. Kesimpulan ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir pada persalinan fisiologis dengan kejadian rupture perineum. Kejadian ruptur perineum tidak hanya disebabkan berat badan bayi, ada beberapa faktor yang mengakibatkan ruptur yaitu perineum kaku dan elastisitas perineum. Maka diharapkan ada penelitian berikutnya yang menelti
CITATION STYLE
Nikmah, K. (2018). Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada Persalinan Fisiologis Dengan Kejadian Ruptur Perineum. Jurnal Midpro, 10(2), 28. https://doi.org/10.30736/midpro.v10i2.77
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.