KEBUTUHAN ENERGI UNTUK PENGOLAHAN BAUKSIT DI KALIMANTAN BARAT. Mineral bauksit yang terkandung di tanah Kalimantan Barat mempunyai potesi ekonomi jika diolah menjadi bahan baku (alumina) atau menjadi aluminium sehingga mempunyai nilai tambah yang tinggi. Pengolahan bauksit hingga grade aluminium meliputi tahap transformasi kimia antara lain pencucian, peleburan dan elektrolisis. Untuk pengolahan bauksit dilakukan dengan membangun smelter untuk mengolah bijih (bauksit) hingga menjadi bahan baku industri aluminium berupa alumina. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan energi berupa panas dan listrik pada pabrik alumina. Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah penelusuran pustaka dan analisis benchmarking dengan melakukan perhitungan pada setiap langkah proses yang melibatkan data dan formula terkait. Perhitungan mencakup kuantitas energi panas, energi listrik dan aspek yang terkait dengan sumber energi yang dibutuhkan seperti batubara, energi nuklir dan energi lainnya bagi pembangkit listrik di masa mendatang untuk mendukung industri ini. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kebutuhan energi setara untuk grade alumina adalah pada kisar 611 ribu ton batubara untuk menghasilkan satu juta ton alumina. Pengolahan dari alumina menjadi satu juta ton aluminium per tahun membutuhkan ketersediaan pembangkit listrik sebesar 2 ribu MW. Besarnya kebutuhan energi listrik untuk mencapai grade aluminium membutuhkan pembangkit berskala besar yang kemungkinannya akan terpenuhi oleh PLTN berskala besar karena wilayah ini mengandung kekayaan uranium sedangkan batubara dan sumber energi fosil lainnya tidak tersedia secara memadai.
CITATION STYLE
Liun, E., & Nurlaila, N. (2021). Kebutuhan Energi Untuk Pengolahan Bauksit di Kalimantan Barat. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 23(1), 29. https://doi.org/10.17146/jpen.2021.23.1.6031
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.