Latar belakang. Penelitian menunjukkan memori kerja merupakan prediktor kapasitas belajar yang lebih bermakna daripada intelligence quotient (IQ). Bila fungsi ini terganggu, anak dapat mengalami kesulitan belajar. Studi melaporkan gangguan memori kerja banyak ditemukan pada gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data proporsi gangguan memori kerja pada anak GPPH dan perbandingan dengan anak tanpa GPPH. Data ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi pengembangan intervensi selanjutnya.Metode. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode randomized sampling. Instrumen Working Memory Rating Scale (WMRS) yang telah divalidasi dalam Bahasa Indonesia oleh Wiguna, dkk. (2012) digunakan untuk menentukan ada tidaknya defisit memori kerja. Hasil. Proporsi gangguan memori kerja pada kelompok anak dengan GPPH berbeda bermakna dibandingkan kelompok anak tanpa GPPH (44% vs 0%, p<0,05). Pada uji analisis, didapatkan prevalence ratio (PR) 40,4 (95% IK 2,22 - 738,01), artinya anak dengan GPPH berisiko mengalami gangguan memori kerja 40,4 kali lebih besar dibandingkan anak tanpa GPPH. Kesimpulan. Gangguan memori kerja lebih banyak ditemukan pada anak dengan GPPH. Pemeriksaan memori kerja pada anak dengan GPPH diperlukan untuk mengantisipasi kesulitan belajar yang mungkin timbul. Intervensi tambahan dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki gangguan memori kerja pada anak dengan GPPH.
CITATION STYLE
Evi, E., Kaligis, F., Wiguna, T., & Kusumawardhani, A. A. A. A. (2021). Gangguan Memori Kerja pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas: Suatu Studi Komparatif. Sari Pediatri, 23(2), 88. https://doi.org/10.14238/sp23.2.2021.88-94
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.