Pariwisata saat ini mengalami pergeseran dari pariwisata massal ke wisata minat khusus berfokus pada alam dan budaya. Dalam konteks pelestarian, pariwisata mengalami pro kontra yang cukup tajam sebagai pendukung pelestarian atau sebaliknya penghambat pelestarian. Penelitian ini menggunakan salah satu instrumen evaluasi pelestarian lingkungan dengan model perhitungan jejak ekologi yang menganalisis secara kuantitatif dari aspek transportasi, penggunaan air, penggunaan pakaian, rekreasi, makanan, sampah dan tempat tinggal. Mengingat keterbatasan model kalkulator jejak ekologi untuk diterapkan di desa Wisata, maka penerapan model perlu dilakukan modifikasi dengan menggunakan pendekatan antropologi. Metode penelitian yang dipergunakan adalah partisipasi riset aksi dengan mengukur dampak aktifitas wisata di perdesaan menggunakan indikator sederhana dari perhitungan jejak ekologi serta dilengkapi wawancara mendalam untuk mengeksplorasi aspek perilaku kolektif sebagai focus pendekatan antropologi yang diteliti. Studi kasus meliputi tiga desa di wilayah Yogyakarta yaitu Pentingsari di kabupaten Sleman, Lopati di kabupaten Bantul dan Kalibiru di kabupaten Kulonprogo. Hasil yang diperoleh adalah rekomendasi pendekatan antropologi untuk mengevaluasi hasil jejak ekologi agar lebih tepat jika digunakan sebagai rencana aksi pelestarian lingkungan di desa wisata dengan tekanan pada pembentukan kesadaran hidup bersama alam.
CITATION STYLE
Pudianti, A., & Vitasurya, V. R. (2019). Pendekatan antropologi sebagai penyeimbang model perhitungan jejak ekologis di Desa Wisata. ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, 4(1), 33–44. https://doi.org/10.30822/arteks.v4i1.77
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.