Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 menunjukkan kasus baru tuberkulosis sebesar 6,4 juta, setara dengan 64% dari insiden tuberkulosis (10,0 juta). Hal ini menyebabkan kesehatan buruk kurang lebih 10 juta orang setiap tahun. Jumlah kasus baru Tuberkulosis di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017, Tingginya angka kasus tersebut maka diperlukan pemetaan sebaran kasus menggunakan Geographic Information System (GIS). Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara Variabilitas Iklim dengan kejadian TB Paru BTA positif di wilayah Kota Kendari Tahun 2010-2018. Metode penelitian yang digunakan ialah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian studi ekologi menurut waktu (ecological time trend study ) dengan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian berdasarkan korelasi pearson terdapat hubungan tidak signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian TB paru BTA Positif (r=0.416; p=0,265), hubungan tidak signifikan antara curah hujan(mm) dengan kejadian TB paru BTA positif (r=0.171; p=0,659), hubungan tidak signifikan antara suhu minimum(oC) dengan kejadian TB Paru BTA positif (r=0.438; p=0.238), hubungan signifikan antara suhu rata-rata(oC) dengan kejadian TB paru BTA positif (r=0.762; p=0,017),dan hubungan tidak signifikan antara suhu maksimum(oC) dengan kejadian TB paru BTA positif (r=0,088; p=0,822). Kesimpulan penelitian ialah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban, suhu minimum, suhu maksimum, suhu rata-rata dan curah hujan dengan kejadian TB paru BTA positif di Kota Kendari tahun 2010-2018
CITATION STYLE
Damayanti H, N., Tosepu, R., & Jumakil, J. (2021). HUBUNGAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN TB PARU BTA POSITIF DI KOTA KENDARI TAHUN 2010-2018. Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Halu Oleo, 1(2). https://doi.org/10.37887/jkl-uho.v1i2.16591
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.