TRANSFORMASI PENGAJARAN BAHASA ARAB DI INDONESIA

  • Kusuma A
N/ACitations
Citations of this article
69Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Arabic basically has firm roots and has been known by Indonesian people since Islam entered the archipelago in the 11th or 12th M. Practicing Arabic had been going on since then though the teaching of Arabic language only after there are awareness and the need to understand the Qur'an, Hadith, and other Islamic sciences. From the first time to present the teaching of Arabic in Indonesia experienced a shift and change: from the only lesehan system to be increased with the classical system; from using the grammar-translation method and then using the direct method; from presentation of the material in Arabic with a separate system solely to the use of integrated systems as well; using a structural approach into the communicative approach. Although tried a variety of approaches, methods, and presentation system, the success of Arabic language teaching seems too far away from the expected, especially when compared with the teaching of other foreign languages such as English. This makes some Islamic educational institution "can not wait" to take measures which allegedly as "erratic" in the teaching of Arabic. These uncertainties include the purpose of teaching the language, the language being studied, and the methods used. However, this uncertainty is a phenomenon that is realized, so that improvements continue to be pursued by many. The creation of a bi-ah 'Arabiyyah (milieu Arabic) and intensive Arabic language instruction models with boarding school are an option. Improvement efforts are widely supported by the Ministry of Religious R.I. In addition, the external side was very supportive to the development and "marketing" in Arabic. However, the external side as the market share of the Arabic language is a society which is modernizing themselves, experiencing high mobility, and enjoying economic prosperity and technological advancement. The efficiency and effectiveness of public priorities like this. Therefore, the teaching of Arabic in the future will consider the condition of highly mobile society in a way using advances in technology for teaching Arabic. It also can not rule out a variety of facilities and equipment that is proven to promote other languages to be used in teaching Arabic. Indeed, the position of the Arabic language is not only determined by external factors, but more as a way of "marketing" Arabic through the "packaging" of teaching that is reliable and attractive. Bahasa Arab pada dasarnya memiliki akar yang kokoh dan telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak agama Islam masuk ke wilayah nusantara pada ke-11 atau ke-12 M. Praktik berbahasa Arab pun telah berlangsung sejak saat itu meskipun pengajaran bahasa Arab baru dilakukan setelah ada kesadaran dan kebutuhan untuk memahami al Qur’an, Hadis, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Sejak kali pertama sampai sekarang pengajaran bahasa Arab di Indonesia mengalami pergeseran dan perubahan: dari hanya sistem lesehan menjad bertambah dengan sistem klasikal; dari menggunakan metode gramatika-terjemah lalu menggunakan metode langsung; dari penyajian materi bahasa Arab dengan sistem terpisah semata kepada penggunaan sistem terpadu juga; dan dari menggunakan pendekatan struktural menjadi pendekatan komunikatif. Meskipun telah mencoba beragam pendekatan, metode, dan sistem penyajian, keberhasilan pengajaran bahasa Arab tampak masih jauh dari yang diharapkan, apalagi bila dibandingkan dengan pengajaran bahasa asing lain seperti bahasa Inggris. Hal ini membuat beberapa institusi pendidikan Islam “tidak sabar” sehingga mengambil langkah-langkah yang disinyalir sebagai “tidak menentu” dalam pengajaran bahasa Arab. Ketidakmenentuan ini mencakup tujuan pengajaran bahasa, bahasa yang dipelajari, dan metode yang dipakai. Namun, ketidakmenentuan ini merupakan fenomena yang disadari, sehingga berbagai perbaikan terus diupayakan oleh banyak kalangan. Penciptaan bî-ah ‘arabiyyah (milieu bahasa Arab) dan model pengajaran bahasa Arab intensif dengan boarding school (sekolah berasrama) pun menjadi pilihan. Usaha perbaikan secara luas didukung penuh oleh Departemen Agama R.I. Di samping itu, sisi ekternal ternyata sangat mendukung bagi pengembangan dan “pemasaran” bahasa Arab. Hanya saja, sisi eksternal sebagai pangsa pasar bahasa Arab ini adalah sebuah masyarakat yang sedang memodernisasi diri, mengalami mobilitas tinggi, dan sedang menikmati kemakmuran ekonomi dan kemajuan teknologi. Efisiensi dan efektifitas menjadi prioritas masyarakat seperti ini. Oleh karena itu, pengajaran bahasa Arab di masa depan akan mempertimbangkan kondisi masyarakat yang sangat mobile ini dengan cara memaanfaatkan berbagai kemajuan teknologi bagi pengajaran bahasa Arab. Pengajaran bahasa Arab juga tidak dapat mengesampingkan berbagai sarana dan perlengkapan yang terbukti mampu memasyarakatkan bahasa asing lain untuk digunakan dalam pengajaran bahasa Arab. Memang, posisi bahasa Arab tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor eksternal, tetapi lebih karena cara “pemasaran” bahasa Arab melalui “kemasan” pengajaran yang handal dan menarik.

Cite

CITATION STYLE

APA

Kusuma, A. B. (2016). TRANSFORMASI PENGAJARAN BAHASA ARAB DI INDONESIA. Al-Manar, 5(1). https://doi.org/10.36668/jal.v5i1.48

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free