BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

  • Yonvitner Y
N/ACitations
Citations of this article
33Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Sejak pencanangan industrialisasi perikanan 2011 dan menjadi makin populer tahun 2012 sektor perikanan mulai melakukan pembenahan. Pembenahan tersebut dimulai dengan mendorong peningkatan produksi perikanan untuk komoditas yang potensial dikembangkan secara ekonomi. Beberapa komoditas unggulan diantaranya adalah udang, ikan patin, dan komoditas budidaya lainnya. Sementara itu komoditas tangkap terus digenjot untuk mendukung industri UMKM (pengolahan) seperti ikan asin, asap dan pindang. Namun setelah beberapa tahun berjalan, belum terlihat perkembangan yang signifikan dari tahapan pencapaian program tersebut. Permasalahan terus menggeluti usaha ini mulai dari bahan baku yang langka, logistik yang tidak tersedia, sampai pada kebijakan impor dari pemerintah. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan bahan baku yang ada di perairan mencukupi untuk bahan baku industri pengolahan ikan kelompok UMKM nasional. Kata kunci: stok ikan, bahan baku, industri pengolahan ikan, logistik perikanan PERNYATAAN KUNCI  Impor ikan dilakukan karena terjadi kekurangan bahan baku.  Stok ikan tersedia cukup untuk kebutuhan industri UMKM.  Logistik perikanan yang tidak memadai.  Kecukupan bahan baku merupakan kunci utama keberhasilan industrialisasi REKOMENDASI KEBIJAKAN  Distribusi stok yang tidak merata antara wilayah pengelolaan perikanan di mana sebagian besar stok bahan baku terdapat di wilayah timur Indonesia. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara kontinu dan berkesinambungan diperlukan sistim tata niaga (logistik) yang kuat dan tangguh. Sistem logistik perikanan harus dikembangkan atau dibangun mulai dari pusat stok ikan (stocking area), perkapalan dan sistem pendukung termasuk bahan bakar.  Perlu intervensi berupa komitmen kebijakan pemerintah untuk tidak memberlakukan impor terhadap ikan yang menjadi bahan baku dan tersedia di perairan Indonesia.  Mendorong peningkatan penyerapan pasar terhadap hasil industri pengolahan perikanan ke pasar lokal dengan mendorong hasil berstandar internasional. 187 I. PENDAHULUAN Gagasan industrialisasi bukan gagasan omong kosong jika diikuti dengan upaya untuk membangun setiap rantai sistem usaha tersebut. Namun akan menjadi omong kosong apabila nelayan, pembudidaya, pengolah dan pedagangan tidak dapat meningkatkan kualitas, kuantitas dan penghasilan mereka. Nelayan kita menyediakan bahan pangan secara keseluruhan dari budidaya dan tangkap mencapai 12,7 juta ton per tahun (termasuk 4,3 juta ton dari rumput laut (KKP, 2011). Artinya 8,4 juta ton komoditas perikanan akan mampu memenuhi tingkat konsumsi pangan ikan masyarakat Indonesia setiap tahunnya yang hanya mencapai 7,1 juta ton. Secara logika kita mendapati ternyata ketersediaaan ikan nasional cukup untuk menopang bergeraknya industri perikanan. Karena kebutuhan ikan yang mencapai 7,1 juta ton tersebut termasuk didalamnya ikan olahan yang diolah UMKM lebih kurang 3 juta ton (Heruwati, 2002). Kajian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku industri pengolahan hasil perikanan dan persebaran bahan baku menurut wilayah propinsi di Indonesia. Dengan demikian dapat dilihat bahwa sesungguhnya impor perikanan bukan karena kebutuhan industri tetapi karena sikap politik yang tidak mau membangun sistem usaha pengolahan ikan nasional secara sungguh-sungguh. II. METODE DAN HASIL KAJIAN

Cite

CITATION STYLE

APA

Yonvitner, Y. (2015). BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH. RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN: Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian Dan Lingkungan, 1(3), 187. https://doi.org/10.20957/jkebijakan.v1i3.10296

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free