Diare merupakan gangguan air besar (BAB) pada tubuh dimana bisa ditandai dengan frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi fesesnya yang berbentuk cair. Pemanfaatan daun mareme secara empiris sebagai antidiare telah dilakukan oleh masyarakat sekitar daerah Banjarsari. Penggunaan daun mareme menggunakan jumlah helaian daun yang berjumlah ganjil. Tujuannya untuk mengetahui aktivitas dari daun mareme dan pada dosis berapakah yang memberikan aktivitas sebagai antidiare. Metode yang digunakan adalah induksi Oleum ricini pada mencit jantan Galur Swiss Webster. Esktrak etanol daun mareme diberikan sebanyak 0,39 mg /20 gram BB mencit, 0,78 mg /20 gram BB mencit, dan 1,56 gram /20 gram BB mencit. Sebagai pembanding digunakan loperamid HCL sebanyak 5,2 mg. Hasil aktivitas antidiare daun mareme pada parameter frekuensi feses menunjukan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada dosis 0,39 mg /20 gram BB mencit dan dosis 1,56 mg /20 gram BB mencit. Parameter konsistensi feses, bobot feses dan waktu muncul feses terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) untuk dosis 0,39 mg /20 gram BB mencit, dosis 0,78 mg /20 gram BB mencit dan dosis 1,56 mg /20 gram BB mencit. Dosis yang memberikan aktivitas antidiare yang paling baik yaitu kelompok dosis 0,39 mg/20 gram BB mencit.
CITATION STYLE
Anggraeni, R., Alfiar, I., & Suhendi, H. (2020). UJI AKTIVITAS DAUN MAREME (Glochidion Borneense (Müll Arg) Boerl) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER. Jurnal Farmaku (Farmasi Muhammadiyah Kuningan), 5(2), 59–69. https://doi.org/10.55093/jurnalfarmaku.v5i2.139
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.