Kejadian Delirium pada Pasien Penderita Covid-19 dan Kemungkinan Perburukannya menjadi Gejala Demensia

  • Pandhita S G
  • Abdul Gofir
N/ACitations
Citations of this article
8Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Delirium merupakan suatu sindrom neurobehavioral (perubahan perilaku terkait gangguan neurologis) yang disebabkan oleh gangguan sementara aktivitas neuron (sel saraf otak) sebagai akibat sekunder dari gangguan sistemik. Prevalensi delirium pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit cukup tinggi. Kejadian delirium lebih tinggi pada pasien dengan kasus kritis dan pada pasien penderita Covid-19. Kejadian delirium pada pasien dengan kasus kritis yang dirawat di rumah sakit adalah sekitar 31,8%. Angka kejadian ini meningkat menjadi sekitar 55% pada penderita Covid-19. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat mekanisme patofisiologi delirium pada pasien penderita Covid-19 yang serupa dengan kejadian delirium pada pasien non-Covid-19. Bukti epidemiologi menunjukkan keterkaitan kejadian delirium pada pasien non-Covid-19 dengan kejadian demensia beberapa periode waktu setelahnya (Probabilitas sekitar 30%). Bukti radiologis dan patologi anatomi juga menunjukkan adanya proses patologis di otak akibat Covid-19 yang dapat mengakibatkan gangguan saraf otak ireversibel dan berkontribusi pada penurunan kognitif jangka panjang. Hal-hal tersebut menunjukkan kemungkinan besar dapat terjadi keterkaitan antara kejadian delirium yang dialami pasien penderita Covid-19 dengan kejadian demensia di masa mendatang.

Cite

CITATION STYLE

APA

Pandhita S, G., & Abdul Gofir. (2021). Kejadian Delirium pada Pasien Penderita Covid-19 dan Kemungkinan Perburukannya menjadi Gejala Demensia. Sanus Medical Journal, 2(2), 1–4. https://doi.org/10.22236/sanus.v2i2.7452

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free