Malassezia furfur merupakan flora normal yang terdapat pada kulit manusia, namun dapat menjadi patogen pada pasien imunosupresi. Di Indonesia, penyakit kulit pityriasis versicolor (hampir 50% penyakit kulit) disebabkan oleh M. furfur. Ketokonazol merupakan obat yang paling umum digunakan untuk pengobatan infeksi M. furfur, namun diketahui memiliki efek samping kerusakan hati. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan antijamur yang lebih aman. Cuka nanas mempunyai potensi sebagai antijamur karena mengandung senyawa saponin dan tanin. Penelitian ini melakukan uji kadar hambat minimal (KHM) cuka nanas dengan metode twofold dilution pewarnaan Resazurin Microplate Assay (REMA). Konsentrasi cuka nanas yang digunakan berada pada rentang 62.5- 4000 µg/mL. Analisis regresi digunakan untuk menilai hubungan antara konsentrasi cuka nanas dengan pertumbuhan jamur M. furfur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi cuka nanas 4000 µg/mL belum dapat menghambat pertumbuhan jamur M. furfur. Namun, berdasarkan hasil uji regresi linier sederhana, diketahui terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi cuka nanas terhadap pertumbuhan jamur dengan persamaan garis y = -0,000097x + 5,88 dan nilai korelasi determinasi (R2) 0,729 = 72,9 % (p=0,000). Peningkatan dosis uji cuka nanas mungkin dapat bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan jamur M. furfur.
CITATION STYLE
Rakhmawatie, M. D., Lumban Gaol, T. R., & Kurniati, I. D. (2022). AKTIVITAS ANTIFUNGI CUKA NANAS (Ananas comosus) PADA PERTUMBUHAN JAMUR Malassezia furfur. Biomedika, 14(2), 136–146. https://doi.org/10.23917/biomedika.v14i2.18564
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.