The reciprocal relationship between humans and nature has an inseparable bond between one another. Human dependence on using natural resources causes ecosystem imbalances and raises problems such as tidal flooding in coastal areas. “Tanadah” is an adaptive cultivation and processing center project in Tambakrejo, North Semarang which is known for their Milkfish cultivation. Then, Its located near the Java Sea, so this area is also known for the intensity of tidal floods that often occur. The purpose of this project is to increase creativity and stabilize the economy of the Tambakrejo, so they don’t have to worry about the threat of tidal flooding every month. Thus, the community is expected to continue to work effectively and productively in both dry and flood conditions, as well as can still get a proper place of refuge in flood conditions. The method used is qualitative research and surveys, with referencing to several design principles such as Symbiosis by Kisho Kurokawa, Resilience Architecture and Ecology. The conclusion of this project study is to accommodate the Tambakrejo community so that they are not disturbed by the presence of tidal flooding in their activities such in economic, cultural or social aspects. The novelty is an adaptive buildings designs that can still be used during dry (market) or flooded (shelter) conditions. Keywords: adaptive; ecology; resilience architecture; symbiosis; tidal floodAbstrakHubungan timbal balik antara manusia dan alam memiliki keterikatan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ketergantungan manusia terhadap pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan memunculkan permasalahan seperti salah satunya banjir rob di area pesisir. “Tanadah” merupakan sebuah proyek sentra budidaya dan pengolahan adaptif di Tambakrejo, Semarang Utara yang merupakan kawasan yang dikenal karna budidaya dan pengolahan Ikan Bandeng (ikon oleh-oleh Kota Semarang). Selain itu, letaknya yang berbatasan dengan Laut Jawa menyebabkan kawasan ini juga dikenal karna intensitas banjir rob yang sering terjadi. Tujuan kehadiran proyek ini adalah untuk meningkatkan kreativitas dan menstabilkan perekonomian masyarakat Tambakrejo tanpa harus mengkhawatirkan ancaman bencana banjir rob setiap bulannya. Sehingga, masyarakat diharapkan tetap dapat bekerja dengan efektif dan produktif baik dalam kondisi kering maupun kondisi banjir sekalipun, serta tetap mendapatkan tempat pengsungsian yang layak dalam kondisi banjir.Metode yang digunakan yaitu dengan penelitian kualitatif dan survey dengan memperhatikan beberapa prinsip perancangan seperti Simbiosis oleh Kisho Kurokawa, dan Arsitektur Resiliensi yang mengacu pada ekologi. Kesimpulan dari proyek penelitian ini adalah untuk mewadahi masyarakat Tambakrejo agar tidak terhambat oleh kehadiran banjir rob dalam berkegiatan dan beraktivitas baik dalam aspek ekonomi, budaya maupun sosial. Temuan yang dihasilkan yaitu menghasilkan bangunan yang adaptif sehingga tetap dapat digunakan saat kondisi kering (pasar) maupun banjir (shelter).
CITATION STYLE
Sunyoto, M. G., & Trisno, R. (2022). PENGAPLIKASIAN SIMBIOSIS DAN ARSITEKTUR RESILIENSI DALAM DESAIN SENTRA BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN BANDENG ADAPTIF DI TAMBAKREJO. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 1403. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i2.12460
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.