Penguatan Nilai Budi Pekerti Melalui Tradisi Rasulan Gunungkidul

  • Wulandari E
N/ACitations
Citations of this article
77Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penguatan nilai-nilai budi pekerti melalui sosialisasi masyarakat khususnya melalui tradisi Rasulan di Dusun Tegalmulyo, Desa Kepek, Wonosari dan Dusun Jambu, Desa Plajan, Saptosari, Gunungkidul. Penguatan budi pekerti dalam masyarakat dapat terwujud melalui tradisi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Uniknya, semua masyarakat dapat mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Rasulan yang telah ada sejak dulu hingga sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Dari penelitian yang dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa penguatan budi pekerti telah ditanamkan sejak kecil dengan mengenalkan tradisi Rasulan kepada masing-masing individu. Keikhlasan, bersyukur, tanggung jawab, toleransi, dan gotong royong menjadi nilai-nilai yang diajarkan secara tidak langsung melalui serangkaian tradisi Rasulan yang diadakan dalam masyarakat tersebut. Media dalam proses penguatan nilai-nilai budi pekerti yaitu dengan menggunakan perlengkapan tradisi Rasulan yang berupa simbol dan memiliki makna. Pengenalan nilai-nilai tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat tertentu saja melainkan untuk masyarakat umum, baik muda maupun tua. Kata kunci: budi pekerti, nilai, Rasulan, sosialisasi, tradisi

Cite

CITATION STYLE

APA

Wulandari, E. (2018). Penguatan Nilai Budi Pekerti Melalui Tradisi Rasulan Gunungkidul. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi, & Antropologi, 2(1), 139. https://doi.org/10.20961/habitus.v2i1.20416

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free