Rejection Sensitivity memiliki sejarah panjang sebagai pencetus berbagai fenomena konflik antarkelompok sosial di kancah global maupun nasional. Rejection Sensitivity merupakan reaksi antisipatif yang bersifat defensif bahkan agresif ketika individu merasa identitas sosialnya ditolak oleh lingkungan. Di antara berbagai jenis identitas sosial, agama merupakan identitas sosial primer yang memiliki kekuatan sebagai identitas sekaligus sistem kepercayaan yang tidak terfalsifikasi menurut masing-masing penganutnya, sehingga sangat rentan mengalami dampak Rejection Sensitivity. Anggota identitas sosial minoritas merupakan pihak yang ditemukan lebih rentan mengalami rejection sensitivity dibandingkan mayoritas dalam konteks kontak antarkelompok. Penelitian ini melibatkan 195 mahasiswa beragama minoritas di salah satu universitas swasta di Surabaya sebagai representasi penganut Islam, Hindu, dan Buddha, serta satu universitas negeri di Malang sebagai representasi penganut Kristen dan Katolik. Berdasarkan analisis multiple hierarchichal regression, identitas sosial agama bukanlah prediktor rejection sensitivity yang signifikan. Namun, jika diinteraksikan sebagai prediktor bersama-sama dengan Kategori Bidang Studi, model regresi menjadi signifikan memprediksi Rejection Sensitivity.
CITATION STYLE
Aisyah, B., & Yulianto, J. E. (2019). Pengaruh Agama Sebagai Identitas Sosial Terhadap Rejection Sensitivity Pada Mahasiswa Beragama Minoritas. Psychopreneur Journal, 2(1), 19–29. https://doi.org/10.37715/psy.v2i1.864
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.