AbstractJudul artikel PPM Tematik ini adalah Menghidupkan Kesenian Ketoprak Di Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang memusatkan perhatiannya pada usaha menghidupkan kembali kesenian ketoprak yang pernah ada sebelumnya. Berpijak pada judul artikel di atas dengan mudah dapat ditangkap bahwa yang menjadi tujuan penulisan artikel ini adalah mendiskripsikan usaha-usaha untuk menghidupkan kembali kesenian ketoprak yang pernah ada dan kini dalam keadaan mati suri. Adapun langkah yang ditempuh adalah mengadakan pelatihan untuk para pemain dan pengrawit, serta pembinaan dalam bidang cara-cara berorganisasi. Pelatihan dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas dan kuantitas pemain maupun pengrawit, naskah lakon, pelatih, dan waktu atau jaduwal latihan. Adapun materi latihan meliputi membaca naskah lakon, dialog (penguasaan vokabuler bahasa Jawa dan unggah-ungguh), bloking, actions, perang kombat, perang masal, dan make-up. Latihan dilakukan secara maraton, dan menghasilkan sebuah pertunjukan ketoprak dengan durasi waktu 2 jam dengan lakon Manunggal. Lakon disusun oleh Ki Legowo Cipto Karsono, Agus Joko Susilo, dan Rekryandrie Prabaningmas. Sesuai dengan keinginan masyarakat pendukungnya bahwa hasil latihan dipentaskan dalam acara perpisahan mahasiswa KKN dengan warga desa Sanggrahan yang diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus 2018.Kata kunci: eksistensi, ketoprak, Sanggrahan Temanggung. AbstractThe title of this Thematic dedication to community article is Reviving Ketoprak Art in Sanggrahan, Kranggan, Temanggung, Central Java, which focuses its attention on reviving ketoprak art that had existed before. Based on the title of the article above it can be easily captured that the purpose of writing this article is to describe efforts to revive the art of ketoprak that once existed. The steps taken are conducting training for players and players, as well as coaching in the field of ways to organize. The training is carried out by considering the quality and quantity of players as well as players, script manuscripts, coaches, and time or time of training. The training material includes reading script, dialogue (mastering Javanese vocabulary and uploading), blocking, actions, kombat war, mass warfare, and make-up. The training was conducted in a marathon, and resulted in a ketoprak show with a duration of 2 hours with the Manunggal play. The play was composed by Ki Legowo Cipto Karsono, Agus Joko Susilo, and Rekryandrie Prabaningmas. In accordance with the wishes of the supporting community that the results of the exercise were staged in the farewell program of Community Service Program (KKN) students and residents of Sanggrahan which was held on August 27, 2018.Keywords: existence, ketoprak, Sanggrahan Temanggung.
CITATION STYLE
Triyogo, YB. R. (2020). Menghidupkan Kesenian Ketoprak di Desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Abdi Seni, 10(2), 74–82. https://doi.org/10.33153/abdiseni.v10i2.3038
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.