Ditemukannya fosil-fosil dan artefak peninggalan pra-sejarah Arkeologi di situs Gua Pawon Kabupaten Bandung Barat, maka museum dibutuhkan sebagai tempat melindungi temuan, konservasi situs, sekaligus tempat edukasi dan sosial masyarakat. Tujuan rancangan museum ini untuk mendesain museum yang komplit fasilitasnya, menjadi tempat wisata edukasi yang inovatif dan representatif agar bisa menjadi ikon kawasan sekitar Gua Pawon. Pemilihan tema arsitektur analogi diambil agar ada keselarasan dengan situs Gua Pawon sebagai bentuk apresiasi benda hasil temuan arkeolog terhadap bangunan yang menaunginya. Penerapan pengolahan fisik maupun non-fisik pada penempatan tapak hingga bentuk bangunan menggunakan penganalogian penafsiran artefak purba, seperti penafsiran batuan dolmen pada bentuk bangunan, penafsiran Gua Pawon pada ruang dalam dan penafsiran naskah purba Sunda kuno pada penempatan tapak. Penerapan tema penganalogian menghasilkan rancangan bangunan dengan bentuk sudut tajam seperti potongan batu yang menjadi keunikan estetika bangunan. Ruang dalam dirancang tidak banyak bukaan dan terdapat skylight untuk cahaya masuk seolah berada di dalam gua. Penempatan massa bangunan pada tapak mengikuti hirarki penokohan pada cerita Perjalanan Bujangga Manik. Hasil rancangan museum ini diharapkan menjadi ikon kawasan untuk menarik pengunjung datang ke Bandung Barat.
CITATION STYLE
Tamisanesia, N., Anita, J., & Putri Asri, S. (2022). PENERAPAN ANALOGI ARSITEKTUR PADA PERANCANGAN MUSEUM ARKEOLOGI PAWON ECO-HERITAGE DI KABUPATEN BANDUNG BARAT. Jurnal Arsitektur, 14(2), 16–24. https://doi.org/10.59970/jas.v14i2.67
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.