Strategi revaskularisasi pada penyakit arteri koroner (PAK) terus menjadi bahan debat di kalangan kardiologi. Berbagai uji klinis yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang bervariasi dan harus ditelaah secara detil karena persoalan strategi revaskularisasi menjadi masalah yang tidak sederhana tetapi harus memperhatikan subset pasien yang befvariasi untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Prinsip dasar yang harus tetap dijaga oleh para kardiolog adalah keputusan medis harus berorientasi pada pasien. Patient first!Perbandingan secara tidak langsung antara bedah pintas arteri koroner (BPAK/CABG) dengan intervensi koroner perkutan (IKP/PCI) menunjukkan dengan CABG keperluan pengulangan revaskularisasi lebih sedikit. Masalah yang selalu dipertanyakan dalam membandingkan kedua teknik revaskularisasi itu adalah pengaruh perkembangan teknologi stent terhadap luaran pasien. Berbeda dengan teknik CABG relatif tidak banyak berubah yaitu terdiri dari teknik on- atau off-pump, sedangkan teknologi stent berkembang cepat dan mungkin akan memberikan luaran yang berbeda karena stent generasi terakhir dipercaya memiliki patency rate yang lebih baik. Teknologi stent berkembang dari bare-metal stent ke drug-eluting stent, kemudian drug eluting stent juga berevolusi mulai dari generasi pertama yang memakai obat sirolimus atau paclitaxel ke generasi kedua yang memakai obat everolimus atau zotarolimus. Demikian juga farmako-teknologi polymer yang berkembang ke arah polymer-free stent. Dalam hal platform stent dimulai dari stainless steel, cobalt chromium, platinum dan terakhir memakai polylactyic acid yang dapat diserap.
CITATION STYLE
Yuniadi, Y. (2015). Penyakit Arteri Koroner: Pilih CABG atau PCI? Indonesian Journal of Cardiology, 1–3. https://doi.org/10.30701/ijc.v36i1.434
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.