Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan secara semiotik antara puisi “Hujan Bulan Juni” Sapardi Joko Damono dengan “Percakapan Senja” Gde Artawan. Secara semiotis fisis, lirik puisi Gde Artawan memiliki unsur kesepadanan dalam pilihan kata, membenamkan kata sarat makna sebagaimana halnya puisi Sapardi Joko Damono. Meski puisi ini lahir dalam waktu yang tidak bersamaan, namun ada nuansa batin yang bisa disandingkan. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan semiotik sebagai pisau analisis. Ada pergumulan batin yang mendalam dalam “Hujan Bulan Juni” versus “Percakapan Senja”. Pada “Hujan Bulan Juni” diakhiri dengan “happy ending” sedang dalam “Percakapan Senja” berakhir dengan sad ending“puisi “Hujan Bulan Juni” berujung manisnya sebuah penantian panjang. Ia mendapatkan seseorang yang sangat dinantinya, dengan penuh tulus kasih. Ia membiarkan tak terucapkan segala apa yang ia rasa selama menanti. Sedangkan puisi “Percakapan Senja” menggambarkan tentang akhir sebuah kebersamaan yang menuai titik kebuntuan yang dilatarbelakangi oleh perbedaan yang sangat kuat dan ketiadaan kemauan yang kuat pula untuk saling melebarkan diri menjadi sebuah ikatan yang kuat. Pada akhirnya saling membiarkan masing-masing berjalan sesuai dengan jalurnya.
CITATION STYLE
Sifa, S. (2019). Analisis Semiotik “Hujan Bulan Juni” vs ”Percakapan Senja”. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Sains Dan Humaniora, 2(2), 62. https://doi.org/10.23887/jppsh.v2i2.15973
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.