Sebagai kelanjutan dari program nasional untuk Indonesia Bebas Malaria di tahun 2030, Dinas Kesehatan Republik Indonesia memiliki target bahwa Pulau Jawa dan Bali sebagai daerah yang bukan endemik malaria akan bebas dari penyakit malaria terlebih dahulu pada tahun 2015. Jawa Timur sebagai salah satu provinsi di Pulau Jawa dengan jumlah penduduk tertinggi kedua di Indonesia setelah Jawa Barat (BPS, 2010), walaupun dengan jumlah kasus malaria yang tergolong rendah namun masih tetap memiliki beberapa kasus malaria bahkan masih ditemukan terdapat korban jiwa. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2009 ditemukan sebanyak 1489 kasus, 2010 ditemukan 947 kasus, pada tahun 2011 meningkat menjadi 1222 kasus, dan 2012 terjadi peningkatan, sehingga mencapai 1320 kasus. Disebutkan juga bahwa pada tahun 2013 penyakit malaria telah menimbulkan 7 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2013). Berdasarkan hasil analisis pada aspek spasial data tidak terdapat heterogenitas spasial menggunakan uji Breusch Pagan dengan P-value sebesar sebesar 0,0003589. Fungsi pembobot GWR yang digunakan adalah fungsi pembobot Fixed Gaussian yaitu dengan CV minimum sebesar 135,738 dan bandwidth 0,500. Faktor signifikan yang mempengaruhi Angka Kesakitan Malaria adalah rasio konfirmasi laboratorium (mikroskop), rasio penderita diobati dengan ACT + Primaquine, rasio hasil pengobatan penderita (follow up tidak lengkap), rasio jenis parasit Pf, dan rasio malaria tanpa komplikasi (rawat jalan)
CITATION STYLE
Widiastuti, T., & Purhadi, P. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Angka Kesakitan Malaria di Provinsi Jawa Timur dengan Metode Geographically Weighted Regression. Inferensi, 1(1), 1. https://doi.org/10.12962/j27213862.v1i1.6713
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.