Jual beli merupakan salah satu aktifitas ekonomi yang hukumnya boleh berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasulullah Saw. serta ijma’ para ulama. Namun demikian, beberapa jenis jual beli menjadi perdebatan tentang kebolehannya, bahkan diantara terlarang seperti ba’i an-najasy dan ba’i al-ghubn. Makalah ini merupakan studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis dengan menghimpun informasi yang relevan terkait topik atau masalah yang sedang ditulis. Informasi tersebut diperoleh dari buku-buku dan karangan-karangan ilmiah, laporan penelitian, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik. Makalah ini ditulis bertujuan untuk menjelaskan beberapa aspek dari jual beli terlarang dalam perspektif fikih mu’amalah. Jual beli an-najasy adalah seseorang melebihkan harga barang sedangkan ia tidak berniat membelinya akan tetapi untuk menjebak orang lain, atau memuji barang dengan pujian yang palsu supaya laku. Praktik ini dapat diartikan sebagai penciptaan permintaan palsu (false demand). Sedangkan Jual beli al-ghubn adalah pembeli atau penjual melakukan penipuan/kecurangan pada komoditi yang keluar dari kebiasaan atau ‘urf. Kedua jenis jual beli ini terlarang dalam perspektif fikih mu’amalah karena adanya unsur kezaliman, gharar, dan riba.
CITATION STYLE
Zaki, M. (2021). Jual Beli Terlarang Dalam Perspektif Fikih Mu’amalah (Ba’i an-Najsy dan ba’i al-Ghubn). ISTIKHLAF: Jurnal Ekonomi, Perbankan Dan Manajemen Syariah, 3(1), 17–25. https://doi.org/10.51311/istikhlaf.v3i1.273
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.