Perkembangan Sentimen anti-Tionghoa di Indonesia

  • Pertiwi M
N/ACitations
Citations of this article
159Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Runtuhnya Orde Baru di Indonesia ditandai dengan kerusuhan yang meresahkan kemanusiaan. Kerusuhan Mei 1998 mencerminkan stereotip dan sentimen anti-Cina di antara masyarakat Indonesia. Setelah 23 tahun sejak tragedi tersebut, isu rasisme masih mewarnai Indonesia sampai sekarang. Artikel ini membahas mengenai penyebab sentimen anti-Tionghoa, dilihat dari sisi sejarah. Metode yang digunakan adalah literature review dengan pendekatan kualitatif. Temuan dari artikel ini menunjukkan sentimen terhadap keturunan Tionghoa mengakar sejak penjajahan belanda yang terjadi berabad-abad lalu. Sentimen tersebut diperkuat dengan regulasi-regulasi diskriminatif di era Orde Baru. Pasca tragedi Mei 1998, ditambah dengan runtuhnya rezim Orde Baru, sentimen negatif terhadap etnis Tionghoa berubah, diiringi dengan regulasi-regulasi yang memastikan kesempatan setara bagi seluruh warga Indonesia tanpa memandang etnis, agama, atau ras. Meski begitu, isu bernuansa rasisme masih terjadi sampai sekarang. Keywords: Sentimen anti-Tionghoa, Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Diskriminasi Tionghoa.

Cite

CITATION STYLE

APA

Pertiwi, M. (2021). Perkembangan Sentimen anti-Tionghoa di Indonesia. KAGANGA KOMUNIKA: Journal of Communication Science, 3(1), 82–93. https://doi.org/10.36761/kagangakomunika.v3i1.1062

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free