Angka kejadian PMS di Indonesia dialami 70%-90% oleh wanita usia reproduktif dan 2%-10% mengalami gejala Premenstrual Syndrome berat. Bagi beberapa wanita gejala PMS dapat terjadi cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Salah satu faktor risiko sindrom premenstruasi adalah indeks massa tubuh (IMT). Status gizi ini memiliki peranan yang cukup penting pada tingkat keparahan kejadian PMS. Hal ini dikarenakan seseorang yang mengalami kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya peradangan (inflamasi) yang berujung pada meningkatnya risiko mengalami gejala PMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kolerasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Responden adalah semua Siswi SMA Wirausaha Bandungan yang berjumlah 79 orang. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Analisis statis menggunakan uji chi square dengan taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden mengalami status gizi dalam kategori gemuk sebanyak 33 orang (41,8%), sebagian besar responden mengalami sindrom pre menstruasi sebanyak 41 orang (51,9%) dan didapatkan p value 0,027 dan memenuhi syarat uji chi-squere yaitu dengan 0 cell (0.0%) dan nilai harapan (expected count) adalah 10.58 sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian sindrom pre menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan. Disarankan bagi remaja sebaiknya menjaga berat badan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar dapat menjadikan berat badan normal dan juga terhindar penyakit akibat kelebihan berat badan.
CITATION STYLE
Sari, B. P., & Priyanto, P. (2018). Hubungan Status Gizi dengan Sindrom Pre Menstruasi Pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Tahun 2016. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 1(2), 1. https://doi.org/10.32584/jikm.v1i2.143
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.