Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) memberikan beban penyakit yang signifikan pada masyarakat karena tingginya morbiditas dan mortalitas. Pasien TB berulang didefinisikan sebagai pasien yang sebelumnya pernah diobati untuk TB dan sembuh dan kemudian didiagnosis dengan episode TB berulang (baik karena reaktivasi penyakit atau infeksi ulang). Metode: Penulis melakukan pencarian literatur pada Pubmed, Google Schoolar, ScienceDirect dengan menggunakan kata kunci sebagai berikut “tuberkulosis”, “tuberkulosis paru”, “tuberkulosis paru relaps”, “tuberkulosis paru berulang”, “tatalaksana tuberkulosis paru berulang”, dan “diagnosis tuberkulosis paru berulang”. Hasil: Gejala TB berulang dilaporkan bervariasi dalam klinis dan radiologis dimana secara klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit TB primer. Penyembuhan bakteriologis yang tidak lengkap, yang biasanya disebabkan oleh asupan obat yang tidak teratur, adalah penyebab paling umum kekambuhan. Pedoman WHO saat ini menganjurkan penggunaan jenis pengobatan TB enam bulan standar untuk semua kasus TB yang rentan terhadap obat dan pengobatan ulang disertai penggunaan tes kerentanan obat berbasis molekuler cepat untuk memandu pilihan regimen untuk semua pasien TB yang menjalani pengobatan ulang. Kesimpulan: Tuberkulosis berulang merupakan ancaman besar bagi program pengendalian TB, terutama mengingat kerentanan terus-menerus dari pasien yang terinfeksi HIV terhadap TB, dan kecenderungan penyakit berulang yang lebih tinggi karena strain MTB yang resisten.
CITATION STYLE
Setia alfarianti, Y. (2022). Tuberkulosis Paru Berulang: Sebuah Review Narasi. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 1(2), 532–544. https://doi.org/10.58344/jmi.v1i2.52
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.