Urbanisasi penduduk menuju perkotaan menyebabkan kepadatan penduduk terus meningkat. Kontribusi positif ruang terbuka hijau (RTH) publik menjadi komponen terpenting penentu kualitas hidup warga kota, kian sulit ditemui di kota – kota besar Indonesia. Kenaikan angka penduduk di kota juga diiringi dengan meningkatnya angka kematian sehingga diperlukan perencanaan penyediaan RTH publik, terutama penyediaan area pemakaman. Akan tetapi sistem pemakaman konvensional yang masih diterapkan di Indonesia mengokupansi banyak lahan dan menyebabkan pemakaman gagal dalam memproduksi fungsi sekundernya pemakaman berupa ruang sosial untuk rekreasi, refleksi, dan pertemuan budaya disamping fungsi utamanya berupa penyediaan tempat persemayaman jenazah. Hal ini diperburuk dengan peningkatan angka kematian akibat pandemi Covid-19 di Indonesia meningkat tajam mencapai 30.770 jiwa per tanggal 3 Februari 2021 (PPBK DPR RI, 2021). Selain itu, prosesi pemakaman saat ini juga terhambat dengan diterapkannya protokol kesehatan dimana pihak keluarga dan kerabat dilarang untuk menghadiri prosesi pemakaman korban. Padahal WHO merekomendasikan ruang terbuka sebagai tempat aktivitas utama masyarakat demi menghindari penularan virus. Lalu apa yang arsitektur mampu tawarkan? Gagasan arsitektural futuristik konstruktif pemberi nilai tambah terkait pemakaman dan RTH publik menjadi solusi.
CITATION STYLE
Resal, N. M., & Soemardiono, B. (2022). Seeing the Unseeable: Kamuflase Ruang Terbuka Publik pada Pemakaman Vertikal Bawah Tanah. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 10(2). https://doi.org/10.12962/j23373520.v10i2.79364
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.