Televisi sebagai produk teknologi telah merajai hampir setengah kegiatan manusia setiap harinya. Kecepatan teknologi media mendorong kita beraksi dan bereaksi pada hal-hal global. Beberapa bulan kebelakang, layar kaca Indonesia mulai diramaikan dengan masuknya drama dari negeri 2 benua, “Turkiâ€. Hal ini lambat laun menjadi fenomena baru ditengah konsumen televisi yang kebanyakan mengkonsumsi sinema elektronik impor dari Amerika Latin, Korea Selatan dan India. Banyaknya antusiasme masyarakat konsumen televisi terhadap drama Turki, berimbas pada kompetisi mengambil porsi “kue†share dan rating. Stasiun televisi swasta berlomba menayangkan serial drama asal Turki yang sama. Fenomena booming-nya drama Turki yang menjamur ditengah-tengah masyarakat kita telah membawa dampak besar terhadap eksistensi kebudayaan lokal, disebabkan oleh kemunculan kebudayaan baru yang konon katanya lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian masyarakat sebagai â€Budaya Populerâ€. Televisi telah berubah menjadi industri budaya di mana melalui tayangantayangannya telah membawa sebuah bentuk budaya populer bagi masyarakat yang menontonnya. Berangkat dari pemaparan diatas, menganalisis mekanisme lahirnya budaya populer melalui teknologi media audio visual, dalam hal ini televisi dalam studi kasus serial drama Turki di Indonesia. Diharapkan tulisan ini mampu berkontribusi secara akademis, praktis dan sosial. Mampu menambah khazanah literatur ilmu komunikasi dalam perspektif teknologi, komunikasi, dan masyarakat. Kemudian dapat dijadikan sebagai alat penguat budaya lokal serta mampu mendorong masyarakat untuk dapat secara arif melakukan seleksi terhadap tayangan televisi. Dalam tulisan ini menggunakan 3 batasan antara lain mengenai budaya teknologi yang membentuk ikonisitias fisik dan kedekatan budaya dalam mengkonstruksi budaya populer drama Turki. Kemudian menuju pada produksi media melalui rating, sharing, dan sebaran profil pemirsa sehingga media memproduksi budaya populer tersebut, dalam menganalisis produksi media penulis menggunakan teori ekologi media, sehingga timbullan sebuah jawaban atas kekuatan teknologi media. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan data sekunder berupa jurnal, buku, literatur internet, dan artikel. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, Melalui jenis data kualitatif dan tujuan umum penelitian yang sifatnya eksplanatoris, maka teknik analisis data yang digunakan adalah memberikan pemaparan dan penjelasan secara mendalam terhadap fenomena yang diteliti. Hasil analisis dan elaborasi menunjukkan, bahwa mekanisme lahirnya budaya populer dalam kasus drama seri Turki adalah dimulai dari media yang sengaja menonjolkan ikonitas fisik para bintang-bintang Turki, kemudian menonjolkan sisi similaritas budaya antara Turki dan Indonesia. Kemudian dari kedua hal tersebut menimbulkan sebuah karakteristik pemirsa yang semakin lama semakin menyukai drama seri Turki sehingga dapat mendongkrak rating tayangan tersebut. Media akhirnya memainkan peran sebagai agen industri budaya yang memproduksi tayangan agar dapat menjadi budaya populer ditengah masyarakat, dengan rating sebagai alat legitimasinya. Setelah rating dan budaya populer menyatu, darisitulah kekuatan teknologi media terlihat, bahwa ada dampak sosial, ekonomi, serta gengsi budaya. Saran dan rekomendasi penulis, hendaknya media tidak mendewakan sebuah rating dalam mendongkrak nilai ekonominya, sehingga media mampu memberikan tayangan dan informasi yang beragam, bukan yang seragam kemudian dipopulerkan budayanya.
CITATION STYLE
Putri, L. D. (2017). KEKUATAN TEKNOLOGI DALAM MEMBENTUK BUDAYA POPULER (Studi Tentang Fenomena Drama Turki di Indonesia). LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(3). https://doi.org/10.30656/lontar.v4i3.363
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.