PROGRAM ARSITEKTUR SEBAGAI PEMBENTUK TEMPAT KETIGA DI PASAR BARU

  • Suptan D
  • Husin D
N/ACitations
Citations of this article
8Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

The phenomenon of the need to complement the daily activities of urban communities in an area need to be responded to in a design strategy that can resolve various kinds of conflicts. This is happening in Jakarta where there were still problems with the lack of public space facilities that not reach the residential area. The issue that the region has its characteristics that also raises a variety of activities in addition to daily routine activities in the form of a variety of entertainment activities, commerce, and even some activities accommodate various events. The purpose of this study is to raise public space as a unifying space or transition from routine home (first place) and work (second place). Cross, trans, and dis programming methods are used by not eliminating or changing things that are already characteristic of the region, by studying activities that might be reactivated and then simulated, hypothetically Pasar Baru can play a role in realizing physical identity as the old city to continue to live and be sustainable. The step used is to insert certain events in an empty slot in a year with the program insertion method. The findings are that program events can continue to be connected at all times through embedded programs. The results of this third place project show that architecture can contribute to the development of the program. Keywords:  Program; Third Place; Transition AbstrakFenomena kebutuhan akan pelengkap aktivitas keseharian masyarakat kota di suatu daerah perlu untuk direspon ke dalam strategi desain yang dapat menyelesaikan berbagai macam konflik. Hal tersebut tentunya terjadi di kota Jakarta yang masih terdapat masalah minimnya fasilitas ruang publik dan kurang menjangkau area permukiman. Isu bahwa wilayah memiliki karakteristiknya sendiri yang juga memunculkan berbagai aktivitas selain kegiatan rutinitas sehari-hari berupa ragam kegiatan hiburan, niaga, bahkan ada kegiatan yang menampung berbagai event/acara-acara menjadi latar belakang studi. Tujuan penelitian ini adalah mengangkat ruang publik sebagai ruang pemersatu atau transisi dari rutinitas rumah (first place) dan pekerjaan (second place). Metode programming cross, trans, dan dis digunakan dengan tidak menghilangkan atau mengubah secara total berbagai hal yang sudah menjadi karakteristik dari kawasan, dengan cara mempelajari aktivitas-aktivitas yang mungkin bisa diaktifkan kembali lalu disimulasikan. Secara hipotesis Pasar Baru dapat berperan kembali mewujudkan identitas fisik sebagai kota lama agar dapat terus hidup dan berkesinambungan. Langkah yang digunakan yaitu menyisipkan event tertentu pada celah yang kosong dengan metode penyisipan program. Temuannya berupa event program dapat terus terhubung di setiap waktu melalui program-program yang disisipkan. Hasil proyek tempat ketiga ini menunjukkan bahwa arsitektur dapat turut serta berkontribusi dalam mengupayakan pengembangan program.

Cite

CITATION STYLE

APA

Suptan, D., & Husin, D. (2020). PROGRAM ARSITEKTUR SEBAGAI PEMBENTUK TEMPAT KETIGA DI PASAR BARU. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 2(2), 2311. https://doi.org/10.24912/stupa.v2i2.8468

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free