Pembangunan masjid secara swadaya masyarakat di Kabupaten Demak umumnya mengadopsi arsitektur atap kubah yang menggunakan beton. Kemampuan masyarakat untuk memperluas, meningkat atau membangun baru masjid, diduga mempengaruhi kualitas ruang masjid khususnya aspek kenyamanan termalnya. Tulisan ini membahas peran beberapa faktor fisik bangunan seperti lokasi geografis masjid, posisi dan luasan bukaan di bangunan serta jarak antar gedung diduga mempengaruhi kenyamanan termal ruang-ruang masjid berkubah di pusat kota dan pesisir. Untuk itu dilakukan perbandingan nilai temperatur udara bola kering (TDB °C), basah (TWB °C), kelajuan aliran udara (v m/s), temperatur bola hitam (TBG °C) dan kelembapan relatif udara (RH %) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal (ET °C) kedua masjid tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan secara umum masjid memiliki ruang utama, serambi dan halaman yang diukur serentak temperaturnya pada hari Jumat antara pukul 06.00-18.00 di empat titik ukur kedua masjid. Hasil kajian menunjukkan perbedaan kualitas kenyamanan termal ruang masjid dipengaruhi oleh posisi Kabupaten Demak Jawa Tengah dekat dengan pantai Utara Jawa dan lingkungan sekitarnya menunjukkan : 1) faktor letak bukaan dan letak masjid mempengaruhi pola aliran udara di dalam ruang; 2) faktor luas bukaan dan jarak masjid dengan bangunan di sekitarnya mempengaruhi nilai kelembapan relatif udara di dalam ruang masjid
CITATION STYLE
Kusyanto, M., Triyadi, S., & Wonorahardjo, S. (2017). Kualitas Ruang Masjid Berkubah yang Dibangun Masyarakat Secara Swadaya dari Aspek Kenyamanan Termal di Kabupaten Demak. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 6(3), 134–143. https://doi.org/10.32315/jlbi.6.3.178
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.