Kebertahanan Janda Kristen Batak Toba dalam Hidup Menjanda Setelah Cerai Mati dan Cerai Hidup

  • Munthe H
  • Daulay H
  • Napsiah N
N/ACitations
Citations of this article
51Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

The reality of the persistence of the Toba Batak Christian widows indicates a different habitus to that of most other widows who tend to remarry. This paper aims to determine the habitus that underlies the survival of Toba Batak Christian widows after divorce and divorce by using the theoretical framework or the habitus concept of Pierre Bourdiau. While the research method used in this study is a feminist qualitative research method that emphasizes women as the subject/center of research. Furthermore, it was found that the persistence of Toba Batak Christian widow women to live as widows was related to their habitus as women who have to be strong, hard-working, independent, and tough to support their children. This habitus is obtained from several dimensions of social capital. First, the cultural value of anakonki do hamo-raon diau (children are the most valuable treasure). Second, religious values, namely surrender and surrender of life to God by diligently praying and active-ly worshiping in churches and third, family values in the form of moral and material support from the closest family. This habitus creates a new image that the Toba Batak Christian widow is a hardworking, independent, and strong woman. Abstrak Realitas kebertahanan janda Kristen Batak Toba menjanda meng-isyaratkan habitus yang berbeda dengan habitus kebanyakan janda lain yang berkecenderungan menikah kembali. Tulisan ini bertujuan mengetahui habitus yang mendasari kebertahanan janda Kristen Batak Toba menjanda pasca cerai mati dan cerai hidup dengan menggunakan kerangka teori atau konsep habitus Pierre Bourdiau. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode penelitian kualitatif feminis yang menekankan perempuan seba-gai subyek/sentral penelitian. Selanjutnya, diperoleh bahwa kebertahanan pe-rempuan janda Kristen Batak Toba untuk hidup menjanda ternyata berkaitan dengan habitus mereka sebagai perempuan yang harus kuat, pekerja keras, mandiri dan tangguh menghidupi anak-anaknya. Habitus ini diperoleh dari beberapa dimensi modal sosial. Pertama, nilai budaya anakonki do hamoraon diau (anak adalah harta yang paling berharga). Kedua, nilai religius yaitu berserah dan penyerahan hidup pada Tuhan dengan tekun berdoa dan aktif beribadah di gereja dan ketiga, nilai keluarga berupa dukungan moril dan materiil dari keluarga terdekat. Habitus ini menumbuhkan pencitraan baru bahwa janda Kristen Batak Toba merupakan sosok perempuan pekerja keras, mandiri dan kuat

Cite

CITATION STYLE

APA

Munthe, H. M., Daulay, H., & Napsiah, N. (2020). Kebertahanan Janda Kristen Batak Toba dalam Hidup Menjanda Setelah Cerai Mati dan Cerai Hidup. Kurios, 6(2), 380. https://doi.org/10.30995/kur.v6i2.178

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free