Objective: Refractive errors are a major cause of visual impairment in Indonesia. In Dr. Kariadi Hospital Semarang, it is amongst the top five diagnoses within the ophthalmology department. Therefore, objective refraction is imperative for the management of refractive errors. These examinations include autorefractometry and retinoscopy. Despite the fact that retinoscopy is the gold standard, autorefractometry is more desirable as it is more sophisticated, swift, and convenient. Autorefractometry's results are expected to match results from subjective correction, therefore, reduce examination time as patient visits increase. This study aims to determine the correlation between autorefractometry and retinoscopy examination with subjective refraction. Methods: The study design was cross-sectional. The study was conducted on 34 eyes with refractive error taken by consecutive sampling. The subjects had to meet inclusion and exclusion criteria. All subjects underwent visual acuity examination, refractive correction by autorefractometry, retinoscopy, and subjective refraction. All data were processed by using computerized formulations. Results: Based on the demographics there were 61.8% of women and 38.2% of men with an average age of 29.7 + 9. The results of this study showed a strong correlation between autorefractometry and subjective refraction. Furthermore, retinoscopy shows a strong correlation with subjective refraction as well. Conclusion: This study shows retinoscopy is superior to autorefractometry. However, autorefractometry is a viable replacement for patients in Dr. Kariadi Hospital Semarang.Tujuan : Kelainan refraksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di Indonesia dan termasuk dalam lima besar diagnosis utama pada kunjungan pasien di poli mata RS DR Kariadi semarang, sehingga memerlukan pemeriksaan refraksi objektif yang efektif dan efisien. Pemeriksaan refraktif objektif tersebut yaitu autorefraktometri dan retinoskopi. Meskipun Autorefraktometri tidak merupakan baku emas seperti retinometri namun autorefraktometri lebih diminati karena dianggap canggih, cepat dan nyaman. Hasil autorefraktometri diharapkan dapat mendekati hasil koreksi subjektif sehingga mempercepat pemeriksaan di Poli dengan kunjungan pasien yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi pemeriksaan kelainan refraksi dengan menggunakan autorefraktometri dan retinoskopi terhadap pemeriksaan refraksi subjektif. Metodelogi: Desain penelitian adalah crossectional. Penelitian dilakukan pada 34 mata dengan kelainan refraksi yang diambil secara consecutive sampling dengan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaan visus dasar,visus koreksi dari hasil autorefraktometri, retinoskopi, dan refraksi subjektif. Seluruh data diolah melalui tahapan pengumpulan, pengkodean, penginputan dan pengolahan data menggunakan frekuensi, mean, standart deviasi dan uji korelasi regresi menggunakan formulasi komputerisasi. Hasil: Berdasarkan data demografi didapatkan perempuan 61.8% dan laki-laki 38.2% dengan usia rata- rata 29.7±9. Data korelasi didapatkan baik pemeriksaan retinometri maupun autorefraktometri keduanya efektif dan memiliki hubungan yang sangat kuat jika dibandingkan dengan pemeriksaan refraksi subjektif (r = 0.997( p<0.0000) dengan y = 0.137 + 0.998x, r = 0.995 (p<0000) dengan y = - 0.249 + 0.984x, Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan meskipun pemeriksaan retinoskopi lebih unggul dibandingkan autorefraktometri, namun autorefraktometri dapat menggantikan pemeriksaan retinoskopi pada pasien kelainan refraksi di RSDK Semarang.
CITATION STYLE
Hardiyanti, D., & Dyah NA, F. (2021). Correlation between Autorefractometry and Retinoscopy with Subjective Refraction in Refractive Error Patients at Dr Kariadi Hospital, Semarang. Ophthalmologica Indonesiana, 47(2), 46–51. https://doi.org/10.35749/journal.v47i2.100302
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.