Dinamika Psikologis Perkawinan Adat Budaya Belis

  • Mataradja J
  • Wibowo D
N/ACitations
Citations of this article
19Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

The Alor society uses moko as the payment methods of belis and it is the treasure given by the groom to propose the bride (it is called dowry in East Nusa Tenggara). Moko cannot be remade because it is limited among the Alor society. In the tradition of the Alor society, moko must be given by the groom to the bride during the process of the traditional marriage ceremony. The tradition of giving moko refers the sacredness of marriage, social status, identity, and cultural preservation or conservation. Moko becomes the symbol of appreciation for women who will be married in a traditional marriage for the Alor society. The purpose of the study is to identify the impact and causes of the moko tradition that was experienced by married couples because of domestic violence still occurred in Alor district. This research was conducted in Alor district, East Nusa Tenggara by involving two research participants. The method used in this research was a qualitative method with a phenomenological approach. The results of the research showed that the practice of the moko tradition carried out by the Alor society made the women became an economic commodity and the expensive price of moko often triggered the domestic violence after marriage. Abstrak: Belis adalah harta yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada mempelai perempuan pada saat melamar (sebutan untuk mas kawin di wilayah Indonesia timur) dan salah satunya adalah budaya belis berupa moko yang dijadikan sebagai mas kawin dalam perkawinan adat masyarakat Alor. Moko tidak bisa dibuatĀ  ulang, artinya moko adalah benda yang jumlahnya terbatas di kalangan masyarakat Alor. Dalam tradisi masyarakat Alor, moko wajib diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita pada saat proses upacara perkawinan adat. Tradisi penyerahan belis berupa moko dapat bermakna sebagai sakralitas perkawinan, status sosial, identitas, dan pelestarian konservasi budaya. Moko sebagai simbol penghargaan terhadap seorang perempuan yang akan dinikahi dalam perkawinan adat bagi masyarakat Alor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak dan penyebab tradisi belis berupa moko yang dialami pasangan yang sudah menikah karena masih terjadi kekerasan domestik terkait tradisi belis berupa moko di kabupaten Alor. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur dengan melibatkan dua partisipan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekan fenomenalogi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik tradisi belis berupa moko yang dilakukan masyarakat Alor adalah kesan perempuan dijadikan sebagai komoditas ekonomi, sehingga terkadang dengan harga belis yang terlalu mahal sering kali menjadi pemicu terjadinya Kekerasan dalam rumah tangga setelah menikah.

Cite

CITATION STYLE

APA

Mataradja, J. R. L., & Wibowo, D. H. (2022). Dinamika Psikologis Perkawinan Adat Budaya Belis. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 13(2). https://doi.org/10.23887/jibk.v13i2.42570

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free