Melihat perkembangan moda transportasi kereta api yang signifikan, ternyata perkembangan ini tidak singkron dengan jalur jalan rel yang tersedia di antara lintas SurabayaMojokerto di Stasiun Tarik yang hanya terdapat satu jalan rel (jalur tunggal) yang mempunyai keterbatasan yaitu: persilangan antar kereta api yang berlawanan. Persilangan ini jika tepat waktu, akan tetap teratur. Namun jika satu rangkaian kereta yang melintas tidak tepat jadwal, kereta lain yang mengalah akan mengalami keterlambatan. Solusi permasalahan ini adalah membangun jembatan kereta api baru yang sudah 2 jalur di sebelah barat Stasiun Tarik. Jembatan kereta api Tarik baru ini dirancang dengan perpaduan rangka warren yang membusur untuk mengurangi defleksi akibat beban kereta api yang cukup masif. Jembatan baru ini dirancang dengan jumlah bentang sebanyak 3 bentang dengan panjang bentang 80 meter dan mempunyai segmen sepanjang 8 meter. Jembatan jalur ganda Tarik ini direncanakan menggunakan pembebanan RM 21 dan memakai ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 tahun 2012. Untuk peraturan lainnya, menggunakan SNI: 1725 2016, 2833 2016. Perhitungan dan penggambaran menggunakan Ms Excel, SAP2000, dan AutoCAD. Nilai-nilai yang bisa disimpulkan adalah: Kotak 500 x 500 x 50 x 50 (rangka portal/A1), jumlah pancang D60 pada abutmen yaitu 42 batang sedalam lebih dari 40 m dan jumlah pancang D80 pada pilar yaitu 64 batang sedalam lebih dari 40 m. Nilai pancang yang demikian besar dikarenakan tanah yang lemah (kelas D). Selain itu, poer dan pancang dirancang mampu menahan gaya normal kereta dan gaya lateral arus sungai.
CITATION STYLE
Sabadilla, R. A., Kristijanto, H., & Masiran, H. S. (2021). Perencanaan Jembatan Kereta Api Jalur Ganda di Tarik, Sidoarjo dalam Rangka Proyek Jalur Ganda Surabaya-Mojokerto. Jurnal Teknik ITS, 10(1). https://doi.org/10.12962/j23373539.v10i1.62401
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.