Riset ini ditujukan untuk mengkaji ketahanan sosial-ekonomi masyarakat miskin perkotaan terhadap perubahan daerah otonomi baru Kota Tangerang Selatan 2008. Yakni apa saja bentuk adaptasi sosial dan ekonomi yang berkembang dan bagaimana konsekuensi pilihan adaptasi dalam upaya merespon situasi sosial ekonomi paska pemekaran daerah otonomi baru tersebut. Metode riset yang digunakan adalah survei-kuantitatif terhadap warga di kampung miskin melalui penarikan sampel secara multistage random sampling . Hasil yang didapatkan adalah sekurangnya terdapat tiga klasifikasi (tipologi) masyarakat miskin perkotaan dalam merepon perubahan daerah otonomi baru. Pertama adalah individu atau masyarakat yang cepat menyesuaikan dengan situasi baru , mampu mengatasi dan menyesuaikan halangan-tantangan yang ada di lingkunganya, meskipun tidak selalu berhasil memanfaatkan sumber-sumber perekonomian yang tersedia. Kedua, sulit melakukan penyesuaian dengan norma-norma baru , atau tidak mampu menyesuaikan dengan ketegangan-ketegangan elit-politis yang terjadi, meskipun juga tak mampu menolak/tidak berdaya dengan pelbagai perubahan yang terjadi. Ketiga, menolak perubahan dan tidak bersedia menyesuaikan dengan keadaan yang ada meski tetap “terpaksa” hidup bersama baik secara sosial dan ekonomi. Uniknya mereka yang dalam kategori ini adalah masyarakat dengan status sosial menengah ke-atas, atau tingkat pendapatan yang layak, atau di atas 4 juta ke-atas. Kategori ketiga ini adalah model penyesuaian “terbaru” yang nampaknya khas pada masyarakat urban.
CITATION STYLE
Ridho, K. (2016). ADAPTASI MASYARAKAT URBAN TERHADAP PERUBAHAN SISTEM MATA PENCAHARIAN DAERAH OTONOMI BARU KOTA TANGERANG SELATAN BANTEN. Sosio Konsepsia, 5(3). https://doi.org/10.33007/ska.v5i3.134
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.