Nagari Sungai Puar adalah nagari dengan tanah yang subur terletak diantara dua gunung api, Merapi dan Singgalang. Masyarakat menggantungkan diri pada pertanian dan kerajinan pandai besi. Nagari ini sudah memproduksi alat-alat pertanian sejak zaman kolonial belanda. Banyaknya pandai besi yang menjadikan kegiatan tempa ini menjadi mata pencaharian. Akan tetapi seiring perkembangan pasar global tempa sungai puar mulai terkikis, karena terjadi perbedaan kualitas dan persaingan harga. Ketidakmampuan pengrajin dalam meningkatkan kualitas membuat industri ini mulai sepi dan mulai ditinggalkan. Produk China mulai banyak digunakan. Kurangnya transfer teknologi yang membuat pengrajin tidak mampu mengembangkan industri ini menjadi industri yang mempunyai daya saing dan dapat menjadi tuan rumah di nagari sendiri seperti dulu. Proses tempa yang dilakukan secara manual membuat proses produksi rendah dan kualitas produk kurang bagus, serta proses pengerasan logam yang dilakukan tidak sesuai dengan kaidah metalurgi menyebabkan produk kurang kuat dan daya tahan terhadap korosi rendahKata kunci: pandai besi, tempa, pengerasan logam, pasar global, korosi
CITATION STYLE
Armila, A. (2018). DENTINGAN PALU TEMPA PENGARAJIN PANDAI BESI SUNGAI PUAR MULAI SUNYI. Rang Teknik Journal, 1(2). https://doi.org/10.31869/rtj.v1i2.761
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.