Latar Belakang: Riset Kesehatan Dasar 2018 melaporkan bahwa prevalensi stunting nasional menurun menjadi 30,8%. Namun angka 30,8% berada diatas RPJM 2015 – 2019. Lebih lanjut prevalensi stunting di Kabupaten Malang dan Kota Malang tahun 2021 sebesar 25,7%. Angka 25,7% masih berada diatas Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat 2020 – 2024 yang menargetkan stunting sebesar 14%. Kurangnya asupan makanan dan penyakit infeksi menjadi penyebab langsung kejadian stunting pada balita. Program pemerintah untuk mengatasi penanganan stunting pada balita dengan melakukan PMT. PMT modifikasi menggunakan bahan pangan lokal sangat efektif dalam meningkatkan status gizi balita yang mengalami stunting. Salah satu bahan pangan lokal bernilai gizi tinggi adalah tempe kedelai dan kacang hijau. Tujuan: Menganalisis pengaruh substitusi tepung tempe kedelai dan tepung kacang hijau terhadap mutu kimia, mutu gizi dan mutu organoleptik pada biskuit sebagai PMT pencegahan Stunting anak usia 6 – 59 bulan. Metode: Eksperimental dengan 4 taraf perlakuan dan 3 pengulangan dalam analisis mutu kimia, mutu gizi, dan mutu organoleptik. Hasil: Semakin rendah proporsi tepung tempe kedelai maka kadar protein, lemak dan nilai energi menurun dan semakin tinggi proporsi tepung kacang hijau maka kadar karbohidrat meningkat. Simpulan: Perhitungan calculated value taraf perlakuan terbaik yaitu P2 (50:20:30). Biskuit PMT Substitusi Tepung Tempe Kedelai dan Tepung Kacang Hijau untuk Balita Stunting memberikan pengaruh yang signifikan pada warna, aroma, rasa dan tekstur.
CITATION STYLE
Khofifah, N. A., Nafilah, N., & Siska, S. (2023). The Effect of Substitution of Soy Tempe Flour and Mung Bean Flour on Biscuits PMT for Stunting in Aged 6 – 59 Months. NUTRITURE JOURNAL, 2(2), 124. https://doi.org/10.31290/nj.v2i2.3872
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.