Swearing words or curse are a part of the communication that exists in a language. Javanese and Lampung languagewhich live side by side in the Lampung region as one of the transmigration destinations are subjects of pragmatic which highlight the swearing words in non-formal communication. This article discusses swearing words in Javanese and Lampung in general. This qualitative descriptive study used the method of elicitation (used DCT) and agih by listening, note-taking technique, and interview. Prime data in form of both languages spoken by respondents. Secondary data in the form of studies that have been conducted become a starting point for studies in this article aimed at describing the types of Javanese and Lampung language swearing words and their functions in non-formal communication. Beside, the purpose of this article is uncovering the implicatures of swearing words in the two languages which have difference local tradition and comparing the structure of swearing words that are built up in the expressions of swearing words. After analyzing the data, the result shows that not all cursing came from the ten classifications defined in two languages. The ten classifications show that curses in Javanese were more complex and varied, while curses in Lampung were limited to certain classifications. The implication of all swearing in two languages, both Javanese and Lampung, was an expression of resentment, anger, and disappointment. However, the use of cursing without reference implicates the diverting conversation. Umpatan atau sumpah serapah merupakan bagian dari komunikasi yang ada dalam sebuah bahasa. Bahasa Jawa dan bahasa Lampung—yang hidup berdampingan di wilayah Lampung sebagai salah satu daerah tujuan transmigrasi— menjadi objek kajian pragmatik yang menyoroti umpatan yang ada dalam komunikasi nonformal. Artikel ini membahas umpatan dalam bahasa Jawa dan bahasa Lampung secara umum. Penelitian berjenis deskriptif kualitatif ini menggunakan metode elisitasi (menggunakan (Discourse Compeltion Task) DCT) dan agih dengan teknik simak, catat, dan wawancara. Data primer berupa tuturan dua bahasa oleh responden. Data sekunder berupa penelitian-penelitian yang pernah dilakukan menjadi titik tolak kajian dalam artikel yang bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis umpatan bahasa Jawa dan bahasa Lampung dan fungsinya di dalam komunikasi nonformal. Selain itu, tujuan dari artikel ini adalah mengungkap implikatur yang ada dalam tindak tutur berupa umpatan dalam dua bahasa daerah yang memiliki tradisi yang berbeda dengan membandingkan struktur umpatan yang terbangun dalam pengungkapan umpatan. Setelah dilakukan telaah data didapatkan hasil bahwa tidak semua umpatan bersumber sepuluh klasifikasi yang ditetapkan ada di dua bahasa. Pada sepuluh klasifikasi menunjukkan bahwa umpatan dalam bahasa Jawa lebih kompleks dan beragam, sementara umpatan dalam bahasa Lampung terbatas pada beberapa klasifikasi tertentu. Implikatur yang ada pada semua umpatan di dua bahasa, baik Jawa dan Lampung adalah pengungkapan kekesalan, kemarahan, dan kekecewaan. Namun, pada penggunaan umpatan tanpa referen merupakan implikatur untuk mengalihkan pembicaraan.
CITATION STYLE
Wahyuni, T., & Suryadi, M. S. (2021). UMPATAN DALAM BAHASA JAWA DAN BAHASA LAMPUNG: KAJIAN PRAGMATIK LINTAS BUDAYA [The Swearing Words in Javanese and Lampungic Language: A Study of Cross Culture Pragmatics]. TOTOBUANG, 9(1), 75–90. https://doi.org/10.26499/ttbng.v9i1.247
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.