ABSTRACKThis paper analyzed the people’s practices of citizenship in Central Java during the 1950s using the conceptual frame of social risilience. The notion of risilience had so far been studied in terms of security, food and energy supplies, and social nets on natural disaster risk reduction. Meanwhile, the period of the 1950s in Indonesian history had attracted many studies to focused on political aspects, such as parliamentary system of governance, regionalism and the dreath of economic crises leading to a change in political regimes. During the 1950s the newly independent state of Indonesia had to struggle for physical, political and social infrastructures, partly as the post-Second World War recovery project.This paper showed that, regardless of the difficult situation and limited financial sources, the Indonesian people during the 1950s proved themselves to be risilient. They took an active part in the daily communal life activities. By using historical method in analysing several newspapers of the 1950s, this paper argued that the people’s participation in philantropy programs, social organizations and solidarity movements, significantly formed a strong social tie in the presence of the weak Indonesian State. The people showed a type of citizenship through which a quality of social risilience was performed and contested. However, it was hard to identified the institutional pattern in these practices of citizenship.ABSTRAK Artikel ini mengkaji praktik kewargaan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, tahun 1950an dalam bingkai ketahanan sosial. Selama ini konsep ketahanan telah dipahami dalam konteks keamanan, ketersediaan pangan dan keberlanjutan energi, dan jaring sosial menghadapi darurat bencana alam. Di sisi lain, kajian tentang periode 1950an dalam sejarah Indonesia terfokus pada aspek politik menyangkut percobaan sistem pemerintahan, isu-isu regionalisme dan krisis ekonomi yang berujung pada pergantian rejim kekuasaan.Artikel ini bermaksud menunjukkan bahwa pada periode 1950an itu, praktik kewargaan sehari-hari masyarakat menunjukkan pola yang jika dibaca dalam konsep kontemporer merupakan bentuk ketahanan sosial masyarakat. Periode 1950an merupakan masa-masa awal kemederdekaan Indonesia dengan kondisi pasca perang yang membutuhkan pembangunan infrastruktur di berbagai bidang. Meskipun demikian, dalam kondisi struktur negara yang masih lemah itu masyarakat membuktikan kemampuan bertahan dan berpartisipasi dalam aneka dimensi kehidupan sehari-hari secara kolektif. Dengan metode sejarah untuk membaca berbagai berita surat kabar tahun 1950an sebagai sumber data primer, artikel ini menyimpulkan bahwa praktik kewargaan sehari-hari dalam bentuk program-program filantropis, perkumpulan sosial dan aksi gerakan sosial merupakan penanda ketahanan kolektif masyarakat dalam menghadapi keadaan tak menentu akibat lemahnya negara ketika itu. Meskipun demikian, praktik kewargaan tersebut cenderung tidak memiliki struktur institusional yang baku.
CITATION STYLE
Suwignyo, A., & Yuliantri, R. D. A. (2018). Praktik Kewargaan Sehari-hari Sebagai Ketahanan Sosial Masyarakat Tahun 1950an: Sebuah Tinjauan Sejarah. Jurnal Ketahanan Nasional, 24(1), 117. https://doi.org/10.22146/jkn.31239
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.