This article talks about Indonesia literature postcolonial discourse in relation to characters building (nation). The approaches used are postcolonial and pragmatic. Postcolonial approach is used to study the meaning of texts, while pragmatic is used to study the meaning of contexts. The postcolonial approach proves that Indonesia literature texts indicate the existence of postcoloniality in the form of power relation, double identities, mimicry, and resistence. The pragmatic approach shows that postcoloniality can be used by readers as a reference to various temathical ideas; and those ideas can also be made as a projection for characterized self building (nation). AbstrakArtikel ini membahas wacana pascakolonial sastra Indonesia dalam kaitannya dengan pembangunan karakter bangsa. Pendekatan yang digunakan adalah pascakolonial dan pragmatik. Pascakolonial digunakan untuk membahas makna teks, sedangkan pragmatik digunakan untuk membahas makna konteks. Hasil pembahasan pascakolonial membuktikan bahwa teks-teks sastra Indonesia menunjukkan adanya pascakolonialitas yang berupa relasi kuasa, identitas ganda, mimikri, dan resistensi. Hasil pembahasan pragmatik menunjukkan bahwa pascakolonialitas itu oleh para pembaca dapat digunakan sebagai referensi berbagai gagasan tematis; dan gagasangagasan tematis itu dapat pula dijadikan sebagai proyeksi bagi pembangunan diri (bangsa) yang berkarakter
CITATION STYLE
Suwondo, T. (2017). KAJIAN WACANA SASTRA PASCAKOLONIAL DAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA. JENTERA: Jurnal Kajian Sastra, 3(2), 95. https://doi.org/10.26499/jentera.v3i2.440
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.