Desa Pilang merupakan desa dengan mayoritas wilayah desanya adalah persawahan. Kondisi ini menjadikan sebagian besar masyarakat Pilang berprofesi sebagai petani. Pemupukan merupakan salah satu faktor urgen dalam upaya peningkatan produksi pertanian. Pemakaian pupuk organik dianggap lebih praktis karena ekonomis dan mudah didapat. Desa ini juga kaya akan potensi kekayaan alam lainnya, seperti pohon pisang yang dapat dijumpai di sepanjang jalan dan di pekarangan setiap warga. Selain pohon pisang, di Desa Pilang juga banyak dijumpai pohon bambu yang tumbuh lebat di sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Selama ini, pohon pisang dan bambu tersebut hanya dikonsumsi buah pisangnya dan diambil batang bambunya hanya untuk keperluan tertentu saja. Hal itu dikarenakan kurangnya wawasan masyarakat tentang manfaat dari setiap bagian pada pohon pisang dan akar bambu. Padahal, apabila diolah dengan baik kedua pohon tersebut dapat menjadi pupuk yang menjadi salah satu media untuk meningkatkan produksi pertanian. Adapun pada pendampingan masyarakat ini, penulis menggunakan metode ABCD (Aset Based Community Development). Metode ini merupakan metode pengembangan masyarakat yang berdasarkan pada aset lokal yang dimiliki oleh suatu wilayah. Kegiatan pengembangan masyarakat dilaksanakan dengan pelatihan untuk memanfaatkan ares pisang dan akar bambu menjadi pupuk organik cair. Adapun manfaat dari pupuk ini adalah memperkokoh batang, menambah bobot tanaman, dan mengurai bahan organik, membantu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta membantu dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit tumbuhan dan hama.
CITATION STYLE
Rofi’ah, F. Z., & Anam, K. (2022). PEMANFAATAN ARES PISANG DAN AKAR BAMBU SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DI BOJONEGORO. Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 1249–1252. https://doi.org/10.31004/cdj.v3i2.5919
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.