Wilayah Provinsi Papua Barat yang luas dan rawan aktifitas kegempaan membutuhkan stasiun seismik untuk menentukan lokasi gempabumi, oleh karena itu bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat penambahan stasiun sesmik terhadap analisa penentuan parameter gempabumi dan kegempaan wilayah Provinsi Papua Barat?. Data yang digunakan adalah data hasil analisa gempa di stasiun-stasiun seismik yang lama (SIJI,SWI,MWPI,RKPI,FAKI dan RAPI) dan stasiun seismik baru (STPI, TSPI, dan IWPI) menggunakan perangkat lunak Seiscomp3: studi kasus gempa tanggal 19 Maret 2020, 24 April 2020, 26 April 2020, 27 April 2020 dan 28 April 2020 serta menggunakan data kegempaan periode Juni 2019 hingga Januari 2020 (sebelum terpasang stasiun-stasiun seimik baru) dan data kegempaan periode Februari 2020 hingga Mei 2020 (Setelah terpasang stasiun-stasiun seimik yang baru). Data-data tersebut kemudian diolah dengan metode kuantitatif dengan membandingkan data hasil analisa sebelum dan sesudah menggunakan stasiun seimik baru. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan dengan adanya penambahan stasiun-stasiun seismik baru berpengaruh pada lokasi episenter dengan melihat nilai dari faktor RMS Error, Azimuth gap, Error lintang dan bujur, bertambahnya frekuensi kegempaan, dan munculnya kelompok gempa baru di wilayah Provinsi Papua Barat. Saran yang dapat diperhatihan adalah perlunya menambah lebih banyak stasiun-stasiun seismik baru sehingga tidak timbul azimuth gap yang lebih dari 180° yang dapat mempengaruhi tingkat akurasi lokasi episenter gempa dan perlunya studi lanjutan terkait penelitian ini.
CITATION STYLE
Wijaya, A. (2020). PENGARUH PENAMBAHAN STASIUN-STASIUN SEISMIK (STPI, TSPI, DAN IWPI) TERHADAP ANALISA PENENTUAN PARAMETER GEMPA BUMI STUDI KASUS GEMPA BUMI DI WILAYAH PAPUA BARAT TAHUN 2019 – 2020. Biolearning Journal, 7(2), 10–13. https://doi.org/10.36232/jurnalbiolearning.v7i2.517
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.