This paper focuses on the effort to interpret the relationship between the Evangelical Church of Timor (Gereja Masehi Injili di Timor – GMIT) and local culture, as well as GMIT and science and technology within the Ecclesiology Principles of GMIT. The aim is to understand and interpret the relationship between GMIT and culture, as well as GMIT's position in interpreting the advancements of science and technology, which are tangibly experienced through the force of globalization. This paper adopts a qualitative method with a phenomenological approach. This approach is used to comprehend how GMIT is confronted with both the force of globalization and the strengthening of local wisdom values within the GMIT region. The phenomenon of interest is whether GMIT rejects local and global cultures or accepts both and elaborates them as instruments of service. The conclusion drawn is that in order to interpret these two forces consciously adopted as foundations in the endeavors of GMIT through the Ecclesiology Principles, a new perspective is needed, namely "glocalization." This perspective pays attention to both forces, being open to globalization while simultaneously not neglecting local culture. Both must be combined as instruments of service within GMIT. Tulisan ini difokuskan pada upaya memaknai relasi Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan budaya lokal serta GMIT dan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Pokok-pokok Eklesiologi GMIT.Tujuannya adalah agar memahami serta memaknai relasi GMIT dan budaya serta posisi GMIT dalam memaknai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara konkrit penetrasinya dirasakan melalui kekuatan globalisasi. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini digunakan untuk memahami GMIT yang diperhadapkan pada dua hal sekaligus yakni kekuatan globalisasi sekaligus menguatnya nilai-nilai kearifan lokal dalam wilayah GMIT. Fenomena yang diberi perhatian adalah apakah GMIT menolak budaya lokal dan budaya global? Atau menerima keduanya lalu mengelaborasinya sebagai instrument pelayanan? Kesimpulan yang diambil adalah dalam rangka memaknai kedua kekuatan yang secara sadar dijadikan sebagai fondasi dalam kiprah GMIT melalui Pokok – Pokok Eklesiologi, maka perlu perspektif baru, yakni glokalisasi. Perspektif ini memberi perhatian pada dua kekuatan tersebut, yakni terbuka terhadap globalisasi tetapi pada saat yang sama tidak boleh mengabaikan budaya lokal. Keduanya mesti dipadukan sebagai instrument dalam pelayanan GMIT.
CITATION STYLE
Nayuf, H. (2023). Pemahaman GMIT dalam Pokok – Pokok Eklesiologi Gereja Masehi Injili di Timor (PPE GMIT) tentang Budaya Lokal, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan Perspektif Glokalisasi. SOPHIA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 4(1), 62–77. https://doi.org/10.34307/sophia.v4i1.153
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.