The major problem rejuvenation on smallholder oil palm plantation is approximately three years loss of income, since the plants have not yet produced,. Loss of income for big companies does not affect of their survival, on the other hand, for smallholders (farmers,) it threatens the survival of the farmers’ family. This study was aimed to analyze the income of intercropping system on smallholder oil palm replanting, carried out in Bukit Jaya Village Ukui Sub-District, Pelalawan Regency, Riau Province, on a replanted 28-year-old oil palm plantation. The experiment was arranged in a Split Plot Design with main plot is three farmer’s units and subplot is four intercropped treatments (corn, soybeans, legume cover crops and natural vegetation) and three replications. The results showed that corn productivities of planting season 1-3 consecutively were 5,01 t ha -1; 7,51 t ha -1 and 6,57 t ha -1. Soybean were 1,60 t ha -1; 1,28 t ha -1 and 2,19 t ha -1. Production costs per ha were IDR. 11.550.000 for corn and IDR 9.955.000 for soybean. Farmer's income with local selling prices of corn, on average, was IDR. 3.280.623 per month per unit and soybean was IDR 636.518 per month per unit. The average R/C value of corn was 2,66 and soybean was 1,33. There was no significant effect of intercropping farming system treatments on the growth of oil palms trees for all of three farmers. The use of corn as intercropping provides benefits by obtaining the economic value of their crop yields, since corn was more profitable than soybean. ABSTRAK Permasalahan peremajaan kebun kelapa sawit adalah hilangnya pendapatan selama tanaman belum menghasilkan, kurang lebih tiga tahun. Kehilangan pendapatan bagi perusahaan besar tidak banyak berpengaruh pada perusahaan, namun bagi petani mengancam kelangsungan hidup keluarganya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pendapatan usaha tani tumpangsari dan pertumbuhan tanaman pokok, dilaksanakan di Desa Bukit Jaya Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, pada kebun kelapa sawit 28 tahun yang diremajakan. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan petak utamanya kapling petani sebanyak tiga, anak petaknya perlakuan empat tanaman sela (jagung, kedelai, kacangan dan vegetasi alami), diulang tiga kali. Peubah amatan adalah pertumbuhan dan produk-tivitas jagung dan kedelai, biaya produksi, serta pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit. Data dianalisis meng-gunakan SAS versi 9,4 dan analisis kelayakan R/C rasio. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas jagung musim tanam satu sampai tiga berturut-turut 5,01 t ha -1; 7,51 t ha -1 dan 6,57 t ha -1, atau rata-rata 6,36 t ha -1; kedelai 1,60 t ha -1; 1,28 t ha -1 dan 2,19 t ha -1 atau rata-rata 1,69 t ha -1. Biaya produksi jagung Rp. 11.550.000 per ha dan kedelai Rp. 9.955.000 per ha. Pendapatan petani rata-rata per bulan per kapling dengan harga jual jagung Rp. 4.350 per kg dan kedelai Rp. 7.000 per kg adalah jagung sebesar Rp. 3.280.623 dan kedelai Rp. 636.518. Rata-rata nilai R/C jagung 2,66 dan kedelai 1,33. Dibandingkan dengan praktek baku dengan tanaman kacangan, tidak ada pengaruh perlakuan tanaman sela terhadap pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit pada semua petani. Penanaman tanaman sela jagung pada lahan peremajaan kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibanding kedelai. ABSTRAK Salah satu permasalahan peremajaan kebun kelapa sawit rakyat adalah hilangnya pendapatan pekebun selama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, paling kurang tiga tahun. Penelitian ini menganalisis pendapatan usaha tani tumpangsari pada peremajaan kebun kelapa sawit rakyat. Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Jaya Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, pada kebun kelapa sawit rakyat umur 28 tahun yang diremajakan. Penelitian menggunakan rancangan Split-Plot dengan petak utamanya kapling petani sebanyak tiga kapling, sebagai anak petaknya empat perlakuan tanaman tumpangsari yaitu jagung, kedelai, kacangan dan vegetasi alami, dan ulangan tiga kali. Peubah amatan adalah pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung dan kedelai, biaya produksi, serta pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit. Data dianalisis menggunakan SAS versi 9.4 dan analisis kelayakan R/C rasio. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas jagung musim tanam satu sampai tiga berturut-turut 4,850 t ha -1; 7,503 t ha -1 dan 6,578 t ha -1, atau rata-rata 6,31 t ha -1; kedelai 1,603 t ha -1, 1,275 t ha -1 dan 2,193 t ha -1 atau rata-rata 1,69 t ha -1. Biaya produksi jagung Rp. 10.250.000,- per ha dan kedelai Rp 7.850.000,- per ha. Pendapatan petani rata-rata per ha per musim tanam dengan harga jual jagung Rp. 4.350,- per kg dan kedelai Rp. 7.000,- per kg adalah jagung sebesar Rp. 17.424.950,- dan kedelai Rp. 3.982.333,-. Rata-rata nilai R/C jagung 2,73 dan kedelai 1,51. Dibandingkan dengan praktek baku dengan tanaman kacangan, tidak ada pengaruh perlakuan tanaman sela pada pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit pada semua petani. Penanaman tanaman sela jagung pada lahan peremajaan kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibanding kedelai.
CITATION STYLE
Kusumawati, S. A., Yahya, S., Hariyadi, N., Mulatsih, S., & Istina, I. N. (2019). Analisis Pendapatan Usahatani Tumpangsari pada Peremajaan Kebun Kelapa Sawit Rakyat [Income Analysis Intercropping Farming System On Smallholder Oil Palm Replanting Area]. Buletin Palma, 20(1), 45. https://doi.org/10.21082/bp.v20n1.2019.45-56
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.