Untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi keberadaan sumberdaya benih lobster di perairan Indonesia, maka pengembangan budidaya lobster oleh pembudidaya dan pelaku usaha dalam negeri perlu segera dilakukan. Mempertimbangkan perkembangan adopsi teknologi budidaya lobster saat ini, maka segmen usaha pendederan perlu dilaksanakan pada fasilitas unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, segmen usaha selanjutnya yaitu pembesaran lobster di Karamba Jaring Apung (KJA) laut dapat melibatkan masyarakat/ pembudidaya dan pelaku usaha. Implementasi Integrated Multi Tropic Aquaculture (IMTA) pada budidaya lobster baik pada skala unit maupun kawasan dapat mewujudkan prinsip keberlanjutan, mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, meningkatkan penerimaan pembudidaya dan pelibatan masyarakat lebih banyak, menyediakan jasa lingkungan (environmental service) dari komoditas ekstraktif serta sekaligus sebagai kontribusi perikanan budidaya dalam mitigasi emisi gas rumah kaca. Beberapa komoditas ekstraktif yang berpotensi dibudidayakan bersama lobster adalah rumput laut, kekerangan, teripang dan beberapa jenis ikan bertropik level rendah. Dibutuhkan penelitian terkait pakan yang efektif untuk benih dan pembesaran serta manajemennya, parameter lingkungan yang optimal, metode budidaya, jenis hama dan penyakit lobster serta penanggulangannya.
CITATION STYLE
Rofiq, R. M., & Rifqi, M. (2021). Model konseptual IMTA dan RIMTA pada budidaya lobster di karamba jaring apung (KJA). Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management), 640–651. https://doi.org/10.36813/jplb.5.1.640-651
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.