Pepaya tipe sedang dan kecil sudah digemari di Indonesia sejak satu dekade lalu. Sebagian besar tanaman pepaya yang diperbanyak dari biji menghasilkan profit yang rendah karena heterogenitas dan variasi genetik yang diakibatkan oleh penyerbukan silang, sehingga diperlukan kegiatan secara kultur in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Bogor, dari November 2018 hingga Januari 2020. Eksplan merupakan tunas aksilar pepaya kultivar Callina dan Caliso umur 2 minggu. Penelitian dirancang secara faktorial dalam lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan: a) Percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode sterilisasi dengan faktor sumber eksplan (rumah kaca dan lapangan) dan metode sterilisasi (M1, M2, M3, dan M4), dan b) Percobaan kedua bertujuan untuk optimalisasi konsentrasi BAP dan GA3 pada pertumbuhan tunas dengan konsentrasi BAP 0.0, 0.5, 1.0, 1.5, dan 2.0 mg L-1, dan konsentrasi GA3 0.0, 0.3, dan 0.4 mg L-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan dari rumah kaca pada sterilisasi metode M4 menghasilkan tingkat kontaminasi terendah yaitu 19.9% untuk Caliso dan 29.9% untuk Callina. Media terbaik untuk menghasilkan tinggi tunas optimum adalah BAP 0.5 mg L-1 dan GA3 0.3 mg L-1 untuk Caliso dan BAP 0.5 mg L-1 dan GA3 0.4 mg L-1 untuk Callina dengan tinggi rata-rata 1.6 dan 1.8 cm, sehingga tunas dapat dipindahkan ke tahap pengakaran. Kata kunci: Asam giberelat, Benzyl amino purine, Carica papaya, kontaminasi, sterilisasi
CITATION STYLE
Fajri, R., Efendi, D., & Dinarti, D. (2021). Sterilisasi dan Pertumbuhan In Vitro Tunas Aksilar Pepaya Kultivar Callina dan Caliso. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 49(1), 75–81. https://doi.org/10.24831/jai.v49i1.33914
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.