Abstrak Teknologi telekomunikasi yang banyak dimanfaatkan untuk berkomunikasi di era internet saat ini adalah teknologi Long Term Evolution (LTE). Dalam menyelenggarakan layanan LTE, diperlukan suatu penghubung antara jaringan akses dengan core yang biasa dikenal dengan istilah backhaul. Salah satu backhaul yang biasa digunakan untuk menyambungkan suatu link komunikasi ini adalah backhaul microwave. Penerapan dari link microwave ini biasa digunakan untuk komunikasi line of sight (LOS). Oleh karena itu, perencanaan link microwave ini tidak mudah karena akan ada banyak faktor yang mempengaruhi link komunikasi ini, diantaranya: penghalang, fading, atenuasi, noise maupun jarak. Pada penelitian ini akan dilakukan perencanaan link microwave antara Kota Semarang dengan Kota Magelang dengan 3 skenario. Skenario pertama dilakukan dengan komunikasi langsung singlehop, skenario kedua dengan memanfaatkan repeater aktif, dan skenario ketiga dilakukan dengan repeater pasif. Hasil akhir menunjukan bahwa skenario yang paling sesuai untuk diimplementasi pada link microwave Semarang-Magelang ini adalah skenario kedua. Penggunaan repeater aktif yang memantulkan dan menguatkan sinyal site Tx menuju site Rx ini mampu menjadi solusi untuk lintasan link yang terdapat obstacle dan berjarak sangat jauh. Penggunaan skenario 2 dalam penelitian ini menunjukan kekuatan signal di site Semarang dan Magelang adalah masing-masing -54,67 dBm dan -48,66 dBm. Kekuatan sinyal ini berada di atas Rx threshold pada kedua site, yaitu -67,50 dBm. Abstract Telecommunication technology that is widely used to communicate in the internet era today is Long Term Evolution (LTE) technology. In carrying out LTE services, the link is needed between the access network and the core or commonly known as backhaul. One of the backhaul widely used to connect a communication link is a microwave backhaul. The application of a microwave link uses extensively for the line of sight (LOS) communication. Therefore, this microwave link planning is not easy because there will be many factors that influenced the communication link, include barriers, fading, attenuation, noise, and distance. In this research, microwave link planning will be carried out between the Semarang City and the Magelang City using three scenarios. The first scenario conducted by using single-hop or direct communication, the second scenario using an active repeater, then the third scenario using the passive repeater. The last result shows that the most suitable scene to be applied in the Semarang-Magelang microwave link is the second scenario. Using active repeater, which reflecting and amplifying the Tx site signal towards the Rx site, is considered to be a solution for the link trajectory, which contained high obstacle and great distance. Using the second scenario from this research, showing that the signal power at Semarang and Magelang site is -54,67 dBm and -48,66 dBm. These signals are above both of Rx threshold site, that is -67,50 dBm.
CITATION STYLE
Kristiadi, I. D., & Nashiruddin, M. I. (2019). Analisis Perencanaan Transmisi Microwave Link antara Semarang-Magelang untuk Radio Access Long Term Evolution (LTE). Buletin Pos Dan Telekomunikasi, 17(2), 95–110. https://doi.org/10.17933/bpostel.2019.170202
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.