Tradisi Nyadran sebagai Simbol Perekat Ukhuwah Islamiah Di Desa Bleberan Playen Gunungkidul

  • Musyhafiul Akhbab A
  • Azka Ahsani N
  • Rofiah S
  • et al.
N/ACitations
Citations of this article
28Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi Nyadran sebagai simbol perekat Ukhuwah Islamiyah di Bleberan Playen Gunungkidul Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskripstif kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nyadran merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak dahulu dan dilakukannya tahlil sebelum nyadran dimulai adalah sebagai pertanda bahwa masyarakat Bleberan tetap menjaga warisan leluhur tanpa meninggalkan agama. Masyarakat meyakini bahwa Nyadran sebagai bentuk praktek nyata dalam mengungkapkan syukur kepada Tuhan serta mengenang dan menghormati. Nyadran yang dilaksanakan oleh masyarakat ternyata memiliki beberapa nilai tasawuf dalam motifnya, beberapa yang ditemukan oleh peneliti adalah: syukur, al-adl, at-taubat, dan tawakkal. Meskipun tidak secara langsung ditampakkan dalam prosesinya, tetapi nilai-nilai ini memang terdapat dalam nyadran dan merupakan bentuk nyata dari tiga prinsip utamanya, yaitu hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal’alam.

Cite

CITATION STYLE

APA

Musyhafiul Akhbab, A., Azka Ahsani, N., Rofiah, S., & Shofiyuddin Ichsan, A. (2023). Tradisi Nyadran sebagai Simbol Perekat Ukhuwah Islamiah Di Desa Bleberan Playen Gunungkidul. Musala : Jurnal Pesantren Dan Kebudayaan Islam Nusantara, 2(1), 48–56. https://doi.org/10.37252/jpkin.v2i1.517

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free