Tulisan ini menjawab pertanyaan tentang fungsi tari Berutuk dari desa Trunyan, Bali. Pertunjukan tari ini dilakukan oleh laki-laki yang masih perjaka berjumlah ganjil, namun yang umum dilaksanakan berjumlah 21 orang. Para penari berutuk ini merupakan simbol dari penjaga Ratu Sakti Pancering Jagat beserta permaisurinya. Pakaian yang digunakan terbuat dari daun pisang kepok yang kering dan menggunakan topeng.Pada awalnya kesenian Berutuk sangat disakralkan karena dapat memberi kesejahteraan masyarakat setempat dengan perwujudan datangnya hujan, namun sejak tahun 1997 mengalami desakralisasi. Saat ini kesenian tersebut mengalami pergeseran fungsi karena modenisasi dimana menggunakan pendekatan rasionalisme yang mana rasional bertolak belakang dengan takhayul. Artinya kesenian tersebut dapat diselenggarakan dengan sangat sakral, tetapi juga dapat diselenggarakan untuk kepentingan hiburan atau kesenian semata.Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Teori yang digunakan adalah teori rasional dimana teori tersebut berhasil menjawab bahwa pergeseran fungsi tari berutuk dikarenakan rasio. Teori ini tidak mempercayai hal-hal yang tidak rasional.
CITATION STYLE
Putra, F. M. (2019). Pergeseran Fungsi Tari Berutuk dari Desa Trunyan, Bali. Joged, 11(1), 691–700. https://doi.org/10.24821/joged.v11i1.2500
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.