PENGUATAN KLINIS DALAM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN HOTS DI SMAN 1 JABUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

  • Rahman N
N/ACitations
Citations of this article
19Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Pendidikan di SMA merupakan pendidikan yang harus membelajarkan siswa untuk berpikir logis dengan menggunakan nalarnya. Pembelajaran HOTS harus diawali dengan perencanaan yang HOTS. Masalahnya, Guru membelajarkan siswa kurang, atau bahkan tidak mengikuti perencanaan yang dilakukan sebelumnya. Hasil pengamatan dokumen perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, pada guru di SMAN 1 Jabung, masih banyak guru yang memiliki predikat cukup dan rendah pada kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran HOTS. Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Jabung dengan alamat Jl. Lapangan Merdeka Negara Batin, Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli s.d Agustus 2018. Ada 29 orang guru sebagai subjek penelitian.Upaya peningkatan proses pembelajaran selalu diawali dari perencanaan yang matang terhadap administrasi mengajar. Apalagi tuntutan K-13 yang mengharuskan penilaian hasil belajar dapat melingkupi tiga ranah. Keruntutan perencanaan HOTS yang diwujudkan dalam RPP mendorong guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran HOTS sesuai dengan apa yang direncanakan dan terukur pada tujuan pembelajaran tersebut. Pendekatan supervisi akademis dengan berbagai teknik merupakan bentuk perlakuan yang mendorong guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat RPP yang dilengkapi dengan instrumen penilaiannya. Teknik supervisi kelompok maupun individual dapat diterapkan sebagai bagian dari supervisi akademis dengan penguatan supervisi klinis. Kesimpulan yang dapat adalah: 1) Supervisi akademis dengan penguatan supervisi klinis, selanjutnya supervisi akademis tersebut dibagi dalam beberapa pendekatan, yaitu: 1) teknik kelompok, 2) teknik individual. Teknik yang dilakukan dalam siklus I adalah teknik kelompok, dan pada siklus II adalah teknik individu. Tindakan yang diberikan pada siklus II telah mendorong guru untuk mengupayakan berbagai indikator perencanan pembelajaran yang kurang memadai menjadi lebih baik. Diawali dengan supervisi akademik sebagai pijakan awal dilanjutkan dengan menetapkan tolok ukur, mengadakan penilaian, membandingkan, menginventaris penyimpangan, dan tindakan kolektif. Pertemuan awal dilakukan dengan mendiskusikan aspek-aspek yang perlu diperbaiki pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan dilaksanakan berdasarkan jenis permasalahan yang dihadapi setiap guru. Selanjutnya disepakati adanya observasi lanjutan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan observasi lanjutan, perencanaan pembelajaran yang telah direvisi harus diserahkan terlebih dulu untuk dipelajari oleh kepala sekolah. 2) Pada siklus II, Predikat baik 93%, dan predikat sangat baik 6,9%. Tidak ada lagi predikat cukup, apalagi predikat kurang. 3) Pada siklus II, predikat sangat baik 8,3%, 90% baik, dan 1,7% cukup, tidak ada lagi predikat kurang. Ada perubahan perlakuan kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran lebih baik. Para guru harus mendapatkan perlakuan secara individu sehingga terjadi pelayanan secara individual dan secara terbuka menanyakan hal-hal yang sulit diungkapkan secara terbuka.

Cite

CITATION STYLE

APA

Rahman, N. (2021). PENGUATAN KLINIS DALAM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN HOTS DI SMAN 1 JABUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019. Jurnal Guru Indonesia, 1(3). https://doi.org/10.24127/jgi.v1i3.1132

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free