Kesalahan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematis menunjukkan adanya kesulitan yang mereka alami dalam memahami suatu konsep. Sehingga dibutuhkan suatu upaya untuk menyelesaikan permasalah tersebut. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penerapan scaffolding yang diberikan kepada subjek berdasarkan bentuk kesalahan yang dilakukan. Kesalahan tersebut sebelumnya telah dianalisis berdasarkan tahapan kastolan. Adapun bentuk scaffolding yang diterapkan berupa tiga tingkatan yaitu, 1) lingkungan belajar yang mendukung, 2) interaksi langsung antara guru dan siswa; meliputi tahap explaining, reviewing, serta restructuring, dan 3) penekanan berfikir konseptual. Pada tahap lingkungan belajar yang mendukung, proses penerapan scaffolding diberikan melalui Google Meet setelah pemberian tes tahap 1 dan 2 melalui google classroom dan WhatsApp Group. Perubahan lingkungan belajar ini juga bertujuan untuk memaksimalkan tahap interaksi langsung antara guru dan siswa. Pada tahap kedua, scaffolding diberikan berupa penjelasan ulang tentang metode penyelesaian SPLDV, peninjauan hasil pekerjaan siswa, dan merestrukturasi materi bahasan yang dirasa sulit. Pada tahap ketiga peneliti memberikan penekanan tentang perbedaan metode eliminasi dan substitusi yang kerap menyebabkan siswa mengalami kesulitan. Melalui analisis yang telah dilakukan tersebut, didapat data sebagai berikut: dari 3 subjek terpilih diketahui 2 subjek penelitian mengalami perubahan positif setelah pemberian scaffolding, sedangkan 1 subjek yang lainnya tidak menunjukkan adanya perubahan positif.
CITATION STYLE
Purwasih, S. M., & Rahmadhani, E. (2022). PENERAPAN SCAFFOLDING SEBAGAI SOLUSI MEMINIMALISIR KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SPLDV. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 7(2), 91. https://doi.org/10.24853/fbc.7.2.91-98
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.