Artikel ini membahas penambangan pasir di Sungai Brantas yang semula bermanfaat berubah menjadi ancaman dan diharapkan dapat lebih memperkaya historiografi sungai yang sejauh ini lebih banyak menyoroti sungai sebagai pusat peradaban, sumber bencana, dan pencemaran. Dengan bersandar pada sumber arsip, surat kabar sejaman, dan wawancara, diargumentasikan bahwa krisis sungai Brantas terjadi seiring akselerasi panambangan pasir, yang dipicu tumbuhnya permintaan galian pasir untuk pembangunan kota dan difasilitasi oleh penggunaan teknologi modern berupa mesin penyedot pasir mekanis. Penambangan pasir mekanis menimbulkan kerusakan infrastruktur dan pemukiman di berbagai tempat di sepanjang sungai dari wilayah hilir yang terus merambat ke hulu, serta hilangnya kekayaan keragaman hayati. Upaya mencari solusi telah berlangsung lama, namun gagal menghentikan penambangan dan membawa Sungai Brantas keluar dari krisis. Kegagalan terjadi bukan karena ketiadaan payung hukum, melainkan sulitnya implementasi regulasi di lapangan akibat keterlibatan oknum aparat dan politisi dalam bisnis pasir Brantas, serta godaan keuntungan besar secara mudah dan cepat dari menambang di tengah keterbatasan alternatif pekerjaan yang tersedia.
CITATION STYLE
Nawiyanto, N., Krisnadi, I., Endrayadi, E. C., Handayani, S. A., Salindri, D., & Calvaryni, N. M. (2020). Menambang Kali Brantas: Dari Krisis Menuju Jalan Keluar. Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah Dan Budaya., 21(3), 289–302. https://doi.org/10.52829/pw.312
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.